Bagikan:

JAKARTA - Balon China yang ditembak jatuh di lepas pantai South Carolina oleh Amerika Serikat adalah bagian dari program pengawasan besar yang telah dilakukan Beijing selama beberapa tahun, kata Pentagon pada Hari Rabu.

Ketika balon serupa melewati wilayah AS empat kali selama Pemerintahan Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump, AS tidak segera mengidentifikasi mereka sebagai balon pengintai China, kata Brigjen Pat Ryder, sekretaris pers Pentagon seperti melansir The National News 9 Februari.

Brigjen Ryder mengatakan "analisis intelijen selanjutnya" memungkinkan AS untuk mengonfirmasi, mereka adalah bagian dari upaya mata-mata China dan mempelajari "lebih banyak" tentang program tersebut.

Tidak memberikan detail baru tentang balon sebelumnya, Brigjen Ryder hanya mengatakan bahwa balon-balon itu terbang di atas "situs-situs yang akan menarik bagi China."

Salah satu insiden mungkin terjadi Februari lalu, ketika Mayor Jenderal Kenneth Hara, Ajudan Jenderal di Hawaii, men-tweet tentang balon di atas Kauai setahun lalu.

Mayor Jenderal Hara mengatakan, Komando Indo-Pasifik AS "mendeteksi objek ketinggian tinggi yang mengambang di udara di sekitar Kepulauan Hawaii" dan mengirim pesawat untuk mencegatnya.

Dia mengatakan, mereka mengonfirmasi itu adalah balon tak berawak tanpa tanda pengenal.

Brigjen Ryder menolak mengatakan apakah itu salah satu dari empat insiden sebelumnya yang telah dibahas AS.

Sementara, balon baru-baru ini ditembak jatuh oleh jet tempur militer AS pada Hari Sabtu lalu. Angkatan Laut dan Penjaga Pantai masih mengumpulkan potongan-potongan balon di lepas pantai South Carolina untuk dianalisis.

China mengklaim itu adalah balon sipil yang digunakan untuk penelitian cuaca, mengkritik Washington karena menembak jatuhnya.

“Saya dapat meyakinkan Anda bahwa ini bukan untuk tujuan sipil… kami 100 persen yakin tentang itu," tegasnya pada Hari Rabu.

Terpisah, pejabat tinggi administrasi memberi pengarahan kepada anggota Kongres tentang program pengawasan balon China dalam sesi rahasia pada Hari Rabu dan Kamis.

Sementara, Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan AS memberi pengarahan kepada puluhan negara tentang program tersebut, yang menurut para pejabat telah aktif di lima benua.

"Amerika Serikat bukan satu-satunya target," katanya di samping Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang berkunjung.

Menlu Blinken mengatakan, dia dan Stoltenberg telah berbicara tentang "tantangan sistemik dan taktis" yang ditimbulkan China terhadap aliansi dan pentingnya memerangi mereka.