Balon Mata-mata China Terbang di atas AS: Jet Tempur F-22 Sempat Disiagakan, Tapi Disarankan Tidak Ditembak Jatuh
Pentagon. (Wikimedia Commons/U.S. Navy photo)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah balon mata-mata China yang dicurigai telah terbang di atas Amerika Serikat selama beberapa hari, namun pejabat senior AS menyarankan Presiden Joe Biden untuk tidak menembaknya karena takut puing-puing tersebut dapat menimbulkan ancaman keselamatan, kendati aset militer sempat dimobilisasi.

Beijing dan Washington diketahui 'rela' saling memata-matai satu sama lain, di tengah meningkatnya ketegangan antara negara adidaya.

"Pemerintah Amerika Serikat telah mendeteksi dan melacak balon pengintai ketinggian tinggi yang berada di atas benua Amerika Serikat saat ini," kata juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder kepada wartawan, melansir Reuters 3 Februari.

"Balon saat ini terbang di ketinggian jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat," terangnya.

Para pejabat menolak mengatakan seberapa tinggi balon itu terbang tetapi mengakui bahwa balon itu beroperasi di atas lalu lintas udara sipil dan di bawah "angkasa luar".

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, saat melakukan perjalanan ke Filipina, mengadakan pertemuan pejabat senior Pentagon pada hari Rabu untuk membahas insiden balon tersebut.

patrick rayder
Juru bicara Pentagon Brigjen Patrick S. Rayder. (Wikimedia Commons/DoD/US Army/Sgt. James K. McCann)

Seorang pejabat senior pertahanan AS, memberi pengarahan kepada wartawan dengan syarat anonim, mengatakan Amerika Serikat telah memiliki "hak asuh" balon itu sejak memasuki wilayah udara AS beberapa hari yang lalu, mengamatinya dengan pesawat militer AS.

Dilanjutkannya, para pemimpin militer AS mempertimbangkan untuk menembak jatuh balon di atas Montana pada Hari Rabu, tetapi akhirnya menasihati Presiden Joe Biden untuk tidak melakukannya, karena risiko keamanan dari puing-puing.

Bandara Billings, Montana mengeluarkan ground stop saat militer memobilisasi aset termasuk jet tempur F-22 seandainya Presiden Biden memerintahkan agar balon tersebut ditembak jatuh.

"Kami ingin memastikan bahwa kami berkoordinasi dengan otoritas sipil untuk mengosongkan wilayah udara di sekitar area potensial itu," terang pejabat tersebut.

"Tetapi bahkan dengan langkah-langkah perlindungan yang diambil, itu adalah keputusan dari komandan militer kami bahwa kami tidak menurunkan risiko dengan cukup rendah. Jadi kami tidak mengambil risiko," terangnya.

Pejabat tersebut mengatakan, jalur penerbangan saat ini akan membawa balon melewati sejumlah situs sensitif, namun tidak memberikan perincian.

Untuk diketahui, Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom di Montana adalah rumah bagi 150 silo rudal balistik antarbenua.

f-22 raptor
Ilustrasi jet tempur F-22 Raptor Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/U.S. Air Force/Airman 1st Class Valerie Seelye)

Balon mata-mata telah terbang di atas Amerika Serikat beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir, tetapi balon ini tampaknya bertahan lebih lama dari sebelumnya, kata pejabat itu.

"Saat ini, kami menilai bahwa balon ini memiliki nilai aditif yang terbatas dari perspektif pengumpulan intelijen, namun kami tetap mengambil langkah-langkah untuk melindungi pengumpulan informasi sensitif intelijen asing," kata pejabat itu.

Pejabat AS langsung mengangkat masalah ini dengan rekan-rekan China mereka, melalui saluran diplomatik di Beijing dan di Washington.

"Kami telah menyampaikan kepada mereka keseriusan kami menangani masalah ini," tambah pejabat itu.

Kementerian luar negeri China tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters.

Terpisah, senator Marco Rubio, Republikan teratas di komite intelijen Senat mengatakan, balon mata-mata itu mengkhawatirkan tetapi tidak mengejutkan.

"Tingkat spionase yang ditujukan ke negara kita oleh Beijing telah tumbuh secara dramatis lebih intens dan kurang ajar selama 5 tahun terakhir," kata Rubio di Twitter.

Diketahui, China dan Amerika Serikat, dua ekonomi terbesar di dunia, telah mengalami ketegangan akhir-akhir ini mengenai berbagai hal, mulai dari bentrok mengenai Taiwan, catatan hak asasi manusia China dan aktivitas militernya di Laut China Selatan.

Jika tidak ada halangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken akan mengunjungi China dalam beberapa hari mendatang.