Militer AS Klaim Temukan Sensor Kunci Balon Mata-mata China yang Dijatuhkan Jet Tempur
Pengambilan reruntuhan balon mata-mata China oleh Angkatan Laut AS. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 1st Class Tyler Thompson)

Bagikan:

JAKARTA - Militer Amerika Serikat mengatakan pada Hari Senin, mereka telah menemukan barang elektronik penting dari diduga balon mata-mata China yang dijatuhkan oleh jet tempur AS di lepas pantai South Carolina pada 4 Februari, termasuk sensor kunci yang mungkin digunakan untuk pengumpulan intelijen.

"Para kru berhasil menemukan puing-puing yang signifikan dari lokasi, termasuk semua sensor prioritas dan potongan elektronik yang diidentifikasi serta sebagian besar struktur," kata Komando Utara militer AS dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 14 Februari.

Balon China, yang dibantah Beijing memiliki fungsi mata-mata, terbang selama seminggu di atas Amerika Serikat dan Kanada, sebelum Presiden Joe Biden memerintahkannya untuk ditembak jatuh. Episode itu membuat tegang hubungan antara Washington dan Beijing, menyebabkan Menlu AS Antony Blinken menunda perjalanan ke China.

Itu juga menyebabkan militer AS menjelajahi langit untuk mencari objek lain yang tidak ditangkap oleh radar, yang menyebabkan tiga penembakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam tiga hari antara Jumat dan Minggu.

Militer AS dan Pemerintahan Presiden Joe Biden telah mengakui, banyak hal tentang objek tak berawak terbaru yang masih belum diketahui, termasuk bagaimana mereka bertahan di udara, siapa yang membangunnya, dan apakah mereka mungkin telah mengumpulkan data intelijen.

Kemarin, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berusaha menenangkan warga Amerika Serikat, tentang risiko yang ditimbulkan oleh benda tak dikenal tersebut.

"Saya ingin meyakinkan orang Amerika, bahwa benda-benda ini tidak menimbulkan ancaman militer bagi siapa pun di lapangan," kata Austin, berbicara kepada wartawan saat ia mendarat di Brussels untuk pertemuan NATO.

"Namun, mereka menimbulkan risiko bagi penerbangan sipil dan berpotensi menjadi ancaman pengumpulan intelijen," sambungnya.

Militer AS mengatakan, menargetkan objek terbaru lebih sulit daripada menembak jatuh balon mata-mata China, mengingat ukurannya yang lebih kecil dan kurangnya tanda radar tradisional pada objek tersebut.

Sebagai contoh kesulitan, penembakan terbaru terhadap objek tak dikenal pada Hari Minggu oleh jet tempur F-16 menggunakan dua rudal sidewinder, setelah salah satunya gagal mengenai sasaran, kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Menteri Austin mengatakan, militer AS belum menemukan puing-puing dari tiga objek terbaru yang ditembak jatuh, salah satunya jatuh di lepas pantai Alaska dalam es dan salju. Penembakan lain terjadi di wilayah Yukon, Kanada.

Kendati demikian, pejabat AS telah menolak untuk menghubungkan insiden tersebut.