Inkonsisten Pemerintah soal Jarak Lokasi Karantina yang Bikin Gaduh
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah disorot karena pernyataan mereka yang tak sesuai dengan fakta di lapangan terkait lokasi karantina warga Indonesia yang dipulangkan dari Kota Wuhan, China akibat virus corona. Sebanyak 238 WNI itu dikarantina di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna.

Ketua DPRD Kabupaten Natuna Andes Putra mengatakan kepada anggota DPR RI, lokasi karantina bukanlah enam kilometer seperti pernyataan pemerintah pusat. Menurut Andes, jarak lokasi karantina di Lanud Raden Sadjad dengan pemukiman warga hanya berkisar 1,5 kilometer hingga dua kilometer. Perbedaan jarak ini yang membuat panik warga Natuna.

"Jarak dari hanggar ke pemukiman masyarakat itu dari hanggar ke Penangi (wilayah Natuna) itu hanya 1,2 kilometer. Dari kantor saya itu hanya 1,4 atau 1,7 kilometer. Kan ada juga yang menyatakan jarak aman dua sampai tiga kilometer. Nah, jadi kami resah dong, di bawah dua kilometer. Itu yang membuat kami resah dan was-was," kata Andes di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 4 Februari.

Kegiatan olahraga bersama WNI yang dikarantina di hanggar Lanud Raden Sadjad, Natuna (Foto: Twitter @KemenkesRI)

Pernyataan Andes ini juga dibenarkan oleh dua warga Kabupaten Natuna yang sempat diwawancarai oleh VOI. Menurut Syarifiza, jarak hanggar dekat dengan Kota Tua Penagih.

"Itu jarak dengan hanggar tidak sampai dua kilometer. ... Komplek TNI itu juga ada dan dekat sekali dengan hanggar. Aparat juga punya keluarga, apakah itu tidak bukan yang dimaksud penduduk? Padahal kan mereka manusia juga," ungkap Syarifiza saat kami hubungi lewat sambungan telepon beberapa waktu yang lalu.

Senada dengan Syarifiza, Yepi, warga Kota Ranai, Natuna juga menyampaikan, jarak hanggar dengan kediamannya tidak jauh. Dia memperkirakan jaraknya hanya 1,5 kilometer dari pemukiman warga.

Kepada kami, Syarifiza dan Yepi mengaku takut dengan adanya karantina tersebut. Apalagi, dari informasi yang beredar selama ini virus corona punya masa inkubasi selama 14 hari. Sehingga, mereka khawatir warga Natuna jadi terpapar virus corona namun belum menunjukkan gejalanya. Apalagi, keberadaan tenaga medis di sana dianggap kurang memadai. 

"Tenaga medis di sini sangat minim. Jangan untuk menangani pasien virus corona. Kami yang di sini kalau istilahnya sakitnya sudah cukup lumayan, langsung dirujuk ke Batam atau ke Jakarta. ... Apalagi kalau ditambah dengan kasus yang ditakuti dunia, kenapa harus diletakkan di pulau yang kecil seperti ini," ungkap Syarifiza.

Sejumlah WNI dari China tiba di Indonesia (Foto: Twitter @KemenkesRI) 

Pernyataan yang tak konsisten

Pemerintah tampaknya lupa dengan pernyataan mereka sendiri soal jarak aman. Sebelumnya, Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan jarak aman lokasi karantina ini sudah sesuai dengan prosedur World Health Organization (WHO) yaitu lima kilometer dari lokasi pemukiman warga. Dia bilang itu sesaat sebelum tim penjemput WNI berangkat ke China pada Sabtu, 1 Februari.

"Jarak dari hanggar itu sendiri sampai ke tempat penduduk kurang lebih di atas antara lima sampai enam kilometer. Kemudian menuju ke SP di sana ada dermaga itu juga kurang lebih lima kilometer," kata Hadi. 

"Sehingga dari hasil penilaian itu memenuhi syarat protokol kesehatan," imbuh dia.

Kemudian, beberapa hari setelah Hadi memberikan pernyataan, Menkopolhukam Mahfud MD tak menegaskan soal jarak antara lokasi karantina dan pemukiman warga. 

"Aduh kok itu disambung-sambung terus ya," ujar dia di kantornya, jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu, 5 Februari.

Warga Natuna sempat melakukan aksi penolakan terhadap WNI yang dikarantina ini. Mereka bukan menolak kehadiran sesama warga negara, namun mereka khawatir setelah mengetahui Lanud Raden Sadjad yang menjadi lokasi karantina.

Sebelum masa karantina ini, warga Natuna juga tak mendapatkan sosialisasi dari pemerintah daerah. Mereka juga merasa tak dilibatkan oleh pemerintah pusat saat pengambilan keputusan.

Setelah ada penolakan ini, Menkopolhukam Mahfud MD bersama beberapa menteri lainnya seperti Mendagri Tito Karnavian dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama otoritas daerah seperti bupati dan wakil bupati Natuna serta DPRD Natuna berkumpul untuk mengadakan rapat.

Setelah rapat, Menkes Terawan menyatakan, polemik lokasi karantina di wilayah Natuna memang terjadi karena salah paham. Sedangkan Bupati Natuna Abdul Hamid Rizal justru membenarkan jika lokasi karantina itu hanya berjarak sekitar dua kilometer dari pemukiman warga.

Hanya saja, usai rapat dia meyakini tak akan ada penyebaran virus corona di wilayah Natuna, dengan alasan Lanud Raden Sadjad merupakan wilayah militer yang tak terbuka untuk umum.