Debat Cawapres Anies di Koalisi Perubahan: NasDem Pertimbangkan Kalangan NU, Demokrat 'Ngotot' AHY, PKS Tetap Aher
Anies Baswedan. (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat, masih tarik ulur terkait deklarasi Koalisi Perubahan.

Ketiga partai politik (parpol) itu justru banyak berdebat terkait calon wakil presiden (cawapres) untuk berpasangan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Diketahui, PKS dan Demokrat telah sepakat jika Anies yang merupakan bakal calon presiden (bacapres) NasDem maju pada pemilu mendatang. Namun, ketiganya deadlock kala memutuskan siapa pendamping Anies.

Baru-baru ini, Ketua DPP NasDem Effendy Choirie atau Gus Choi justru menyebut bahwa tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) pantas dipertimbangkan untuk menjadi cawapresnya Anies Baswedan.

Namun, PKS dan Demokrat mengungkapkan bahwa nama tokoh-tokoh NU seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan putri presiden ke-4 RI Yenny Wahid, tidak pernah muncul dalam pembahasan internal calon mitra koalisi terkait sosok cawapres.

Sehingga kedua parpol tetap bersikukuh mengusulkan nama kader internalnya.

Ketua Badan Pembinaan Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (BPOKK) Partai Demokrat Herman Khaeron mengatakan, partainya menyerahkan urusan penentuan sosok cawapres kepada tim kecil yang dibentuk bakal 'Koalisi Perubahan' yakni Partai NasDem, Partai Demokrat, PKS.

Namun, ia tak melarang munculnya wacana secara individual.

"Kita percayakan saja pembicaraannya kepada tim kecil perwakilan masing-masing partai, koalisi ini kan nggak bisa berdiri sendiri-sendiri. Namun secara individu tentu sah-sah saja berwacana, karena pada akhirnya keputusan koalisi akan diputuskan pimpinan masing-masing partai," ujar Herman, Jumat, 13 Januari.

Soal apakah nama-nama tokoh NU layak dipertimbangkan di internal, Herman menilai yang layak ialah AHY. Demokrat tetap ngotot AHY maju mendampingi Anies lantaran putra presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu memiliki elektabilitas tertinggi.

"Kalau menurut saya yang layak adalah Ketum AHY karena memiliki elektabilitas tertinggi, memiliki jaringan dan struktur partai dan sumber daya sampai tingkat anak ranting atau rukun warga, serta representasi milenial," tegas Herman.

Sementara itu, Jubir PKS Ahmad Mabruri menilai, banyaknya nama yang masuk sebagai usul cawapres Anies justru membuat pilihan semakin baik. Termasuk, Khofifah Indar Parawansa.

"Bagus ini (nama Khofifah, red), semakin banyak calon makin dinamis. Di satu sisi sudah punya massa, kreatif, Bu Khofifah perempuan," kata Mabruri, Jumat, 13 Januari.

Namun, Mabruri tetap mengharapkan politikus senior PKS yang juga mantan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan (Aher) menjadi pendamping Anies Baswedan nantinya. Terlebih, kata Mabruri, Aher memiliki kapasitas yang mumpuni.

"Kalau PKS sih ya Kang Aher lah, sudah terbukti dua periode pimpin Jabar dengan sukses. Kita tetap usaha dengan Kang Aher, karena kan dari segi kapasitas oke, cuma masalahnya elektoralnya kurang bagus. Kita coba saja nanti, yang penting semua partai koalisi seneng lah," imbuhnya.

Sebelumnya, Gus Choi menyebut hingga saat ini belum ada nama khusus yang akan mendampingi Anies Baswedan di Pemilu 2024.

Namun, ada beberapa tokoh-tokoh layak dipertimbangkan jadi cawapres Anies dari kalangan NU, salah satunya Khofifah Indar Parawansa.

"Belum, tapi nama-nama yang mungkin pantas untuk dipertimbangkan untuk jadi cawapres Anies dari kalangan NU misalnya ada Khofifah, ada Saifullah Yusuf, ada Yenny Wahid, ada Gus Yasin," kata Gus Choi kepada wartawan, Kamis, 12 Januari.

Sementara dari kalangan teknokrat yang potensial jadi cawapres Anies, menurutnya, adalah Ilham Akbar Habibie.

"Kalau dari teknokrat ada Ilham Habibie. Jadi Ilham Habibie itu menarik juga kan," kata Gus Choi.

Meski demikian, Gus Choi menyatakan, semua usulan dari calon mitra koalisi yakni PKS dan Demokrat yang mendorong tokohnya masing-masing akan ditampung untuk kemudian dipilih yang terbaik.

"Enggak apa-apa (Demokrat AHY, PKS Aher), semua usulan kan harus ditampung dibicarakan bersama. Ujungnya siapapun harus diterima asal memang cawapresnya itu bisa mendongkrak suara," kata Gus Choi.