Bagikan:

JAKARTA - Jepang dan Korsel ketar-ketir dengan rangkaian uji coba rudal balistik Korut. Tapi 'keberhasilan' itu malah bikin pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un mencopot pejabat militer nomor 2 nya, Pak Jong Chon.

Dikutip dari Channel News Asia, Senin 2 Januari, Korea Utara dikabarkan baru saja memecat Pak Jong Chon. Pak, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Buruh yang berkuasa dan sekretaris Komite Pusat partai, digantikan oleh Ri Yong Gil pada Minggu 1 Januari kemarin.

Tidak perlu ada alasan untuk pergantian ini. Pyongyang memang secara teratur mengubah kepemimpinannya.

Dan akhir tahun memang sering digunakan untuk mengumumkan perombakan personel dan keputusan kebijakan utama.

Televisi menggambarkan Pak yang diganti, duduk di barisan depan podium dengan kepala tertunduk selama pertemuan. Sementara anggota lain mengangkat tangan untuk memberikan suara pada masalah kepegawaian. Kursinya kemudian terlihat kosong.

Dia juga absen dalam foto yang dirilis pada hari Senin oleh kantor berita resmi KCNA tentang kunjungan Hari Tahun Baru Kim ke Istana Matahari Kumsusan yang menampung jenazah kakek dan ayahnya, tidak seperti pada bulan Oktober ketika Pak menemani Kim dalam perjalanan ke istana untuk menandai hari jadi pesta.

Komisi Militer Pusat partai, yang dipimpin oleh Kim, dianggap sebagai badan pembuat keputusan militer paling kuat di negara itu, di atas kementerian pertahanan.

Pak sebenarnya adalah rising star Korut. Dia cepat menaiki tangga militer dari komandan artileri bintang satu pada tahun 2015 menjadi jenderal bintang empat pada tahun 2020. Dia juga dipuji karena berkontribusi pada kemajuan teknologi rudal jarak pendek negara itu.

Pada akhir 2020, Pak dipromosikan ke politbiro dan mendapatkan gelar marshal, pangkat militer tertinggi di bawah Kim, dan menjadi suara terkemuka November lalu menentang latihan militer gabungan Korea Selatan-AS.

Seperti kebanyakan ajudan tinggi militer lainnya yang mengalami pasang surut berulang kali di bawah Kim, Pak sempat diturunkan pangkatnya pada pertengahan 2021 setelah Kim menegur beberapa pejabat atas penanganan mereka terhadap kebijakan anti-virus corona Korea Utara, sebelum dipromosikan lagi beberapa bulan kemudian.

Pengganti Pak datang memang terasa aneh. Apalagi sebelumnya, Kim Jong-un menyerukan pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk melawan ancaman yang dipimpin Amerika Serikat.

Pada pertemuan Partai Buruh yang berkuasa, Pemimpin Kim menyoroti perlunya mengamankan "kekuatan militer yang luar biasa", untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanannya.

Pemimpin Kim menuduh Washington dan Seoul mencoba untuk "mengisolasi dan menahan" Pyongyang, dengan aset serangan nuklir AS yang terus-menerus dikerahkan di Korea Selatan, menyebutnya "belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia."