JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyerukan pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru dan persenjataan nuklir yang lebih besar untuk melawan ancaman yang dipimpin Amerika Serikat, kata media pemerintah pada Hari Minggu, di tengah meningkatnya ketegangan antara dua Korea yang saling bersaing.
Pada pertemuan Partai Buruh yang berkuasa, Pemimpin Kim menyoroti perlunya mengamankan "kekuatan militer yang luar biasa", untuk mempertahankan kedaulatan dan keamanannya.
Pertemuan itu terjadi di tengah ketegangan lintas-perbatasan atas intrusi pesawat tak berawak Korea Utara ke Korea Selatan pekan lalu, dan serangkaian peluncuran rudal Korea Utara, termasuk ICBM.
Pemimpin Kim menuduh Washington dan Seoul mencoba untuk "mengisolasi dan menahan" Pyongyang, dengan aset serangan nuklir AS yang terus-menerus dikerahkan di Korea Selatan, menyebutnya "belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia."
Dia berjanji untuk mengembangkan sistem ICBM lain "yang misi utamanya adalah serangan balasan nuklir cepat" di bawah rencana untuk meningkatkan kekuatan nuklir negara itu, kata kantor berita resmi KCNA.
"Situasi yang ada membutuhkan upaya berlipat ganda untuk memperkuat otot militer, sebagai tanggapan atas gerakan militer yang mengkhawatirkan oleh AS dan pasukan musuh lainnya," katanya, dilansir dari Reuters 2 Januari.
Korea Selatan telah menjadi "musuh kita yang tidak diragukan lagi" karena "sangat ingin membangun senjata yang ceroboh dan berbahaya" dan gerakan militer yang bermusuhan, kata Pemimpin Kim.
"Ini menyoroti pentingnya dan perlunya produksi massal senjata nuklir taktis, menyerukan peningkatan eksponensial persenjataan nuklir negara itu," ujar Pemimpin Kim, menambahkan ini akan menjadi "orientasi utama" dari strategi nuklir dan pertahanan 2023.
Sebagai bagian dari rencana, negara itu juga akan meluncurkan satelit militer pertamanya "secepat mungkin" dengan mempercepat pembangunan satelit mata-mata yang sudah memasuki persiapan tahap akhir, kata KCNA.
Laporan itu muncul beberapa jam setelah Korea Utara menembakkan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya, dalam uji senjata pada malam Tahun Baru.
Negara yang terisolasi itu juga meluncurkan tiga rudal balistik pada Sabtu, mengakhiri satu tahun yang ditandai dengan rekor jumlah uji coba rudal.
KCNA mengatakan dalam pengiriman terpisah, mereka sedang menguji peluncur roket baru 600 mm super besar yang mampu membawa senjata nuklir.
Pemimpin Kim memuji industri amunisi karena mengirimkan 30 unit sistem, menyebutnya sebagai "senjata inti, ofensif" dengan seluruh Korea Selatan dalam jangkauannya, dan kemampuan untuk melakukan peluncuran kejutan dan presisi.
"Kami telah menyatakan tekad kami untuk menanggapi dengan nuklir untuk nuklir dan konfrontasi habis-habisan untuk konfrontasi habis-habisan," kata Kim pada upacara pengiriman pada hari Sabtu, memerintahkan senjata yang lebih kuat untuk "benar-benar membanjiri pasukan agresif imperialis AS dan pasukan boneka mereka."
Terpisah, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol, selama panggilan telepon dengan para kepala militer, menyerukan "kesiapan mental yang kuat dan pelatihan praktis" untuk memastikan setiap provokasi Korea Utara akan ditanggapi dengan pembalasan, menurut pernyataan dari kantornya.
Hubungan antar-Korea telah lama diuji, tetapi semakin tegang sejak Presiden Yoon menjabat pada Bulan Mei dan menjanjikan garis yang lebih keras terhadap Pyongyang.
Intrusi drone baru-baru ini menghidupkan kembali kritik atas pertahanan udara Korea Selatan, dan Presiden Yoon pada Hari Minggu kembali mendesak militer untuk siap membalas.
"Militer kita harus dengan tegas membalas setiap provokasi oleh musuh dengan tekad untuk berperang," kata Presiden Yoon kepada para pemimpin militer.
BACA JUGA:
Diketahui, rudal terbaru yang diluncurkan terbang sekitar 400 kilometer (249 mil), setelah ditembakkan sekitar pukul 02:50 waktu setempa dari daerah Ryongsong di ibu kota Pyongyang, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan.
JCS mengecam keras rangkaian uji coba rudal Korut sebagai "provokasi serius" dan mendesak penghentian segera.
Sementara, penjaga pantai Jepang mengatakan rudal mencapai ketinggian sekitar 100 km dan terbang sekitar 350 km. Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada mengatakan Tokyo telah memprotes Korea Utara atas peluncuran tersebut melalui saluran diplomatik di Beijing.