JAKARTA - Kemunculan gadis kecil bersama Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, saat ia menyaksikan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 menarik perhatian.
Kemunculan itu nampak dari gambar-gambar yang diterbitkan media pemerintah KCNA pada Sabtu lalu. Pemimpin Kim nampak bersama seorang gadis kecil berjaket putih, sejak rudal masih di dalam fasilitas penyimpanan, dikeluarkan, persiapan peluncuran, hingga saat rudal itu mengangkasa.
Dalam pengarahan tertutup di komite parlemen, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) mengatakan kepada anggota parlemen, mereka menilai putri tersebut adalah anak kedua Kim bernama Ju Ae, kata Yoo Sang-bum, salah satu anggota parlemen yang menghadiri pertemuan tersebut, dikutip dari TIME 23 November.
Youn Kun-young, yang juga menghadiri pengarahan NIS, mengonfirmasi substansi komentar Yoo, tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.
Anak perempuan itu dikatakan anak Kim yang dilihat pensiunan bintang NBA Dennis Rodman selama perjalanannya ke Pyongyang pada 2013. Setelah kunjungan Pyongyang itu, Rodman mengatakan kepada surat kabar Inggris The Guardian, dia dan Kim memiliki "waktu santai di tepi laut" dengan keluarga pemimpin. Dia menggendong bayi perempuan Kim, bernama Ju Ae.
Itu adalah pertama kalinya Korea Utara secara resmi mengonfirmasi keberadaannya. Kendati demikian, media pemerintah Korea Utara tidak mengungkapkan usia, nama dan detail lainnya dari putri Kim minggu lalu.
Adapun media Korea Selatan berspekulasi, Kim menikahi Ri Sol-ju pada 2009 dan mereka memiliki tiga anak, yang masing-masing lahir pada 2010, 2013 dan 2017. Beberapa laporan mengatakan, anak pertama Kim adalah laki-laki dan yang ketiga adalah perempuan.
Calon penerus?
Analis mengatakan, kemunculan putri Kim Jong-un saat peluncuran rudal masih terlalu dini untuk dinilai sebagai calon penerus pemimpin Korea Utara, atau hanya simbol yang digunakan untuk meyakinkan warga bahwa senjata nuklir akan melindungi anak-anak dan menjadi "monumen untuk diwariskan kepada keturunan kita dari generasi ke generasi," seperti yang dilaporkan media pemerintah.
Chun Su-jin, penulis buku Korea Selatan tentang pemimpin perempuan Korea Utara, mengatakan, kemungkinan elite Korea Utara menyambut putri Kim sebagai penguasa sangat kecil.
"Itu belum siap untuk menyambut pemimpin dari jenis kelamin lain," katanya, mengutip The National News.
"(Kim) hanya mementaskan pertunjukan bahwa dia adalah seorang ayah yang penyayang, bukan hanya seorang diktator brutal yang menembakkan misil," sambungnya.
Yang lain percaya, meskipun masyarakat Korea Utara sangat patrilineal, gender mungkin tidak mendiskualifikasi anak perempuan atau perempuan lain untuk mengambil alih kekuasaan.
Kecuali masalah kesehatan mendadak yang menyebabkan ketidakmampuan atau kematiannya, ada cukup banyak waktu sebelum Kim, yang diyakini hampir berusia 40 tahun, perlu mempertimbangkan penggantinya, kata Michael Madden, blogger dan direktur Pengamatan Kepemimpinan Korea Utara.
"Itu memberi banyak waktu bagi budaya politik Korea Utara untuk berubah dan menciptakan kondisi bagi penerus perempuan," terang Madden.
BACA JUGA:
Diketahui, Pemimpin Kim telah mengangkat beberapa wanita di sekitarnya, termasuk saudara perempuannya, Kim Yo-jong dan Choe Son-hui, menteri luar negeri wanita pertama negara itu.
Kim Jong-un (38), adalah generasi ketiga dari keluarganya yang menjalankan Korea Utara sejak 1948. Dia mewarisi kekuasaan pada akhir 2011 setelah kematian ayahnya Kim Jong-il.
Kim dan ayahnya pertama kali disebutkan dalam siaran media pemerintah setelah mereka dewasa. Mengingat hal itu, pengungkapan putri yang diyakini berusia awal remaja itu mengejutkan para pengamat.