JAKARTA - Tindak tanduk pemimpin negara satu ini kerap menjadi perhatian dunia. Kali ini pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un diberitakan menunggangi kuda putih, setelah mengadakan rapat pleno Partai Buruh Korea Utara di sekitar Pegununan Paektu.
Dikabarkan pula, Kim Jong-un akan segera membuat keputusan besar, untuk menolak konfrontasi yang dilakukan oleh dunia, atau yang lebih spesifik; menolak konfrontasi Amerika Serikat (AS), terkait upaya denuklirisasi pada Semenanjung Korea.
"Bahwa Pyongyang memilih untuk mengadakan pertemuan ini sebelum akhir tahun menunjukkan tekad yang kuat. Mengadakan pleno partai dan kunjungan ke Gunung Paektu secara bersamaan menunjukkan tekad bahwa Korut tidak akan menyerah pada AS dan terus dilakukan meskipun sulit," kata Rachel Minyoung Lee, seorang analis dari NK News.
Menariknya, pada Oktober 2019, Kim Jong-un juga berkuda menyelusuri area perbatasan di sekitar Pegunungan Paektu. Kunjungan Kim Jong-un ke kawasan tersebut, acapkali dilakukannya ketika hendak melakukan hal besar seperti peluncuran rudal dan uji coba nuklir.
Kali ini kegiatan berkuda Kim Jong-un mengajak pergi bersama anggota militer senior. Bukan sekadar berkuda, diajaknya anggota militer tersebut menandakan bahwa adanya 'semangat revolusi' dalam diri masyarakat, disampaikan oleh kantor berita Korut KCNA, dikutip oleh Reuters, Rabu 4 Desember.
Selain itu, keputusan Kim Jong-un untuk berkuda dengan anggota militer dari pada anggota partai juga menguatkan statemen media bahwa Korut kini akan menjadi negara yang lebih bergaya militer.
"Perjalanan itu bertujuan untuk menanamkan 'semangat revolusioner yang tak kenal lelah' di Korut dalam menghadapi blokade dan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh kaum imperialis," tulis Korea Central News Agency.
Sebelumnya Kim Jong-un telah memperingatkan AS bahwa hingga akhir 2019, pihaknya akan menawarkan lebih banyak izin untuk memulai kembali perundingan denuklirisasi yang tersendat. Korut juga menyatakan akan menawarkan "jalan baru", yang diperkirakan terkait peluncuran kembali rudal balistik antarbenua atau uji coba nuklir.
AS meminta Korut untuk menyerahkan bagian penting dari persenjataan nuklirnya sebelum diganjarkan sanksi internasional. Namun sikap AS tersebut membuat Korut menyebut AS bersikap seperti gangster yag melucuti senjata secara sepihak.