Jokowi Bakal Reshuffle Kabinet, Tepatkah Risma Jadi Mensos?
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Foto: Twitter @Tri_Rismaharini)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan akan melakukan perombakan terhadap enam menterinya yang saat ini duduk di Kabinet Indonesia Maju. Salah satu pos menteri yang akan dirombak adalah Menteri Sosial.

Setelah Juliari Batubara dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu, santer terdengar kabar bahwa posisi ini akan diisi oleh kader partai yang sama, yakni Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini (Risma) dari PDI Perjuangan.

Melihat hal ini, pengamat politik dari Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah memandang posisi Mensos harus diisi oleh orang yang tidak cuma berintegritas, namun memiliki kepekaan sosial yang tinggi.

"Integritas dan kepekaan sosial diperlukan karena Kemensos adalah kementerian yang didominasi kepentingan publik. Bahkan, keseluruhan kinerjanya harus berdampak pada masyarakat," kata Dedi kepada VOI, Selasa, 22 Desember.

Dedi bilang, Risma memang dianggap bisa memiliki kedua karakter tersebut. Sayangnya, kinerja Risma juga tidak terlalu menguntungkan, jika melihat rekam jejaknya sebagai Wali Kota Surabaya.

Dari sisi kinerja di lapangan, Risma memang menarik. Hanya saja, menurut Dedi, untuk tingkat kementerian yang memiliki jaringan koordinasi lebih rumit, diperlukan tokoh dengan dua modal, implemantasi dan kebijakan.

Publik tentu ingat saat Risma meluapkan emosinya ketika mengetahui bahwa bantuan mobil PCR pemberian BNPB dibawa ke kota lain dari Surabaya oleh Pemprov Jawa Timur.

"Membaca karakter Risma selama memimpin Surabaya, rasanya tidak terlalu menguntungkan jika berada di Mensos, selain karena satu Parpol dengan Juliari Batubara yang terbukti korupsi, Risma terlalu emosional untuk menghadapi krisis, sementara Mensos diperlukan menteri dengan kepekaan yang besar, Risma sejaun ini belum menunjukkan itu," jelas Dedi.

Oleh sebab itu, Dedi menyarankan Jokowi mengisi posisi Mensos dari kalangan profesional. Sebab, yang dibutuhkan tidak saja pandai urusan kebijakan, tetapi memahami bagaimana dampak kebijakan terhadap publik.

"Tokoh semisal Susi Pudjiastuti, Arief Yahya, Jonan, atau bahkan Dahlan Iskan, bisa dijadikan rujukan. Karakter semacam itu akan lebih membantu dibanding dengan karakter lain," ungkapnya.

Risma soal tawaran menteri

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dikabarkan mendapatkan tawaran menjadi Menteri Sosial (Mensos) menggantikan Juliari P. Batubara yang tersangkut kasus korupsi bantuan sosial (bansos) COVID-19.

"Saya dapat kabar bahwa Ibu Risma ditunjuk Presiden RI Joko Widodo menjadi Menteri Sosial di Kabinet Indonesia Maju," kata Plt. Ketua DPD PSI Surabaya, Yusuf Lakaseng, Minggu 13 Desember.

Menanggapi hal ini, Risma mengaku tidak mengincar jabatan Menteri Sosial. Namun, Risma menyatakan siap jika Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri yang menugaskan untuk mengisi jabatan Mensos.

"Oleh karena itu, sekali lagi kenapa saya tidak berani. Siapa pun yang ngomong, kalau saya mendapat perintah Bu Mega ‘Bu Risma kamu jalani, aku baru jalan’,” ujar Risma, Rabu, 16 Desember 2020.

Risma kembali menegaskan, dia tidak pernah meminta bahkan kepingin jabatan Mensos. Karena menurutnya jabatan Mensos tanggungjawabnya berat. 

"Tapi bukan aku yang minta, atau aku yang kepingin. Kalau aku yang kepingin aku takut itu tadi, karena sekian juta tergantung pada bantuan-bantuan tadi. Kalau aku salah kan bahaya sekali, aku harus mempertanggungjawabkan kepada Tuhan ya opo," ujar Risma. 

Risma juga memastikan, Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI Perjuangan belum memberi perintah apapun kepadanya, apalagi terkait isu Menteri yang beberapa hari santer dibahas media. 

"Belum. Karena memang belum selesai pilkadanya (Pilkada Surabaya 2020)," katanya. 

Menurut Risma, pekerjaan Menteri Sosial sangat berat. Karena jutaan orang di Indonesia sangat bergantung dari Mensos. Itulah alasan tidak berambisi menjadi Mensos, kecuali memang mendapat tugas dari Megawati Soekarnoputri. 

"Jadi itu kenapa aku ndak berani sama sekali, siapa pun yang mempengaruhi aku, saya tidak berani berpikir itu, karena itu berat pasti tugasnya. Karena sekian juta orang menggantungkan, mulai bantuan, PKH, apa, apa, kan pasti berat. Makanya kenapa kalau aku tidak berpikir, aku tidak meminta, pasti gusti Allah nanti akan membantu saat aku sulit," kata Risma.