Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 11 Agustus 2017, jurnalis kenamaan Indonesia, Najwa Shihab menepis isu bahwa dirinya akan diangkat jadi Menteri Sosial (Mensos) menggantikan Khofifah Indar Parawansa. Najwa dengan tegas mengungkap ia masih mencintai dunia jurnalistik.

Sebelumnya, majunya Khofifah dalam Pilgub Jawa Timur (Jatim) buat posisi Mensos jadi kosong. Khofifah jadi target dari reshuffle kabinet. Publik pun berspekulasi bahwa sosok yang tepat menggantikannya adalah Najwa.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)terlampau sering melakukan reshuffle kabinet. Ambil contoh dalam reshuffle kabinet pertama yang berlangsung pada Agustus 2015. Jokowi lebih dulu mulai mengirim sinyal-sinyal kepada publik akan melakukan penggantian.

Reshuffle kabinet kedua pun begitu. Perombakan itu lalu terjadi pada Juli 2016. Jokowi melakukan perombakan bukan tanpa alasan kuat. Jokowi menekankan kepada urusan efisiensi dan kecepatan. Menteri-menteri menurutnya harus berkerja sesuai target dan fokus.

Barang siapa yang tak dapat mengejar target atau meleset, niscaya akan digantinya. Kondisi itu kerap memancing animo masyarakat. Mereka selalu penasaran dengan siapa saja menteri yang dianggap Jokowi tak mampu bekerja sesuai target.

Najwa Shihab dan Presiden Joko Widodo. (Instagram)

Wacana rencana reshuffle kabinet ketiga muncul pada awal 2017. Keinginan Jokowi melakukan reshuffle mulai dibaca oleh publik. Jokowi dianggap telah santer melemparkan kode-kode perombakan. Ia lagi-lagi menyebut menterinya harus bekerja sesuai target, apapun caranya.

Jokowi tak segan-segan untuk mencopot mereka yang bekerja tak sesuai target. Mensos, Khofifah pun jadi salah satu yang masuk dalam radar menteri yang akan diganti. Kondisi itu bukan karena kinerja Khofifah buruk.

Pergantian Khofifah dianggap penting karena sosok tersebut berencana berlaga di Pilgub Jatim 2018. Pencalonannya dianggap bisa membuat aroma politik kepentingan meluas jika tetap jadi menteri. Risikonya pekerjaan sebagai menteri bisa tak optimal.

"Saya kerja memang selalu pakai target. Pak menteri tidak pernah tanya ke saya, Pak ini targetnya terlalu besar. Itu urusan menteri, target itu harus selesai. Kalau tidak selesai, bisa diganti, bisa digeser, bisa dicopot, dan lainnya," kata Jokowi dikutip laman detik.com, 22 April 2017.

Rencana pergantian Khofifah heboh di publik. Khalayak umum mulai menebak-nebak siapa sosok yang tepat sebagai penerus Khofifah sebagai Mensos. Belakangan muncul nama jurnalis, Najwa Shihab sebagai pengganti Khofifah.

Masalah muncul. Kepastian Najwa Shihab sebagai menteri belum ada. Namun, orang-orang sudah mengucapkan selamat kepada Najwa. Mereka menganggap Najwa akan dilantik Jokowi dalam reshuffle kabinet 16 Agustus 2017.

Najwa pun angkat bicara Pada 11 Agustus 2017. Ia mengaku kaget dirinya digadang-gadang sebagai calon Mensos baru. Najwa pun dengan tegas mengungkap dirinya belum mau jadi menteri. Najwa merasa dirinya masih mencintai dunia jurnalistik dan akan berkecimpung di sana.

Penegasan itu membuat spekulasi Najwa jadi Mensos dan perombakan kabinet mereda. Pun kemudian tiada reshuffle kabinet pada Agustus 2017. Khofifah sendiri baru mengundurkan diri pada awal 2018. Ia kemudian digantikan oleh Idrus Marham.

“Untuk sementara sampai detik ini saya masih mencintai dunia jurnalistik yang sangat luar biasa. saya di WA kemudian di SMS isinya semua ucapan selamat. Tetapi jujur saya tidak tahu sumber berita itu dari mana. Kemudian saya juga tidak dikonfirmasi soal berita bahwa saya dipilih sebagai Mensos.”

“Saya mau menyampaikan kalau kedatangan saya ke Istana itu tidak ada kaitannya dengan reshuffle, tetapi soal jabatan saya sebagai duta baca. Lagipula masalah reshuffle yang tahu hanya tuhan dan Presiden,” ungkap Najwa Shihab sebagaimana dikutip laman ANTARA, 11 Agustus 2017.