Bagikan:

JAKARTA - Taliban membebaskan dua tahanan Amerika Serikat di Afghanistan, kata Departemen Luar Negeri pada Hari Selasa, hari yang sama saat mereka dikecaman karena melarang perempuan di universitas.

"Kami memahami ini sebagai isyarat niat baik dari pihak Taliban," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price, melansir The National News 21 Desember.

"Ini bukan bagian dari pertukaran narapidana atau tahanan. Tidak ada uang yang dipertukarkan," tandas Price.

Kedua orang Amerika itu dibebaskan ke Qatar, yang telah memainkan peran kunci dalam mendukung kepentingan Amerika Serikat di Afghanistan sejak pengambilalihan Taliban.

Price mengatakan, aturan kerahasiaan melarang dia untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang dua orang Amerika itu.

Kedua orang tersebut dibebaskan tiga bulan setelah Taliban membebaskan Mark Frerichs, seorang insinyur Amerika, sebagai ganti Bashir Noorzai, seorang terpidana penyelundup narkoba yang ditahan oleh Amerika Serikat sejak 2005 dan diberikan grasi oleh Presiden AS Joe Biden, seperti mengutip Reuters.

Adapun CNN melaporkan yang dibebaskan adalah Ivor Shearer, seorang pembuat film yang ditangkap pada Bulan Agustus bersama produser Afghanistannya, yang nasibnya tidak jelas, saat merekam lokasi serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan pemimpin Al Qaeda Ayman Al Zawahiri.

Sementara itu, Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan Thomas West menyambut baik pembebasan kedua tahanan tersebut.

"Kami berharap kesehatan mereka baik dan kembali dengan selamat ke keluarga mereka," tulis West di Twitter.

Ditanya apakah ada orang Amerika lain yang ditahan di Afghanistan, Price mengindikasikan ada.

"Kami terus membahas dengan Taliban perlunya pembebasan segera warga negara AS mana pun yang ditahan di Afghanistan, tetapi saya tidak dalam posisi untuk menawarkan secara spesifik," tandasnya.

Diketahui, Washington telah mengadakan kontak reguler dengan Taliban sejak pasukan pimpinan Amerika Serikat menyelesaikan penarikan dari Afghanistan pada Agustus 2021, setelah berperang selama 20 tahun seiring runtuhnya pemerintahan yang didukung Barat.