JAKARTA - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyiapkan Konsep Strategi Keamanan Siber Nasional yang merupakan bagian integral dari keamanan nasional. Konsep tersebut telah disodorkan kepada Presiden Joko Widodo.
"Mudah-mudah segera bisa ditandatangani oleh Bapak Presiden, kita sudah mengajukan konsep strategi keamanan siber nasional berkaitan dengan keamanan siber ini," kata Kepala BSSN Hinsa Siburian di Institut Teknologi Del, Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut), Kamis 8 Desember petang, disitat Antara.
Hinsa mengatakan tujuan dari penetapan strategi keamanan siber nasional itu utamanya adalah mewujudkan keamanan siber, melindungi sistem perekonomian digital nasional, serta meningkatkan kekuatan dan kapabilitas keamanan siber yang andal dan berdaya tangkal.
Kemudian, mengutamakan kepentingan nasional dan mendukung terciptanya ruang siber global yang terbuka, aman, stabil, dan bertanggung jawab.
BSSN, lenjut Hinsa, tidak bisa bergerak dan berjalan sendirian dalam mengamankan ruang siber nasional dan memerlukan sinergi dengan berbagai pihak. Pemangku kepentingan dalam konteks keamanan siber ini meliputi penyelenggara negara, pelaku usaha, akademisi, dan komunitas.
BACA JUGA:
Sementara fokus area kerja atau sasaran dalam strategi keamanan siber nasional ini, jelas Hinsa, meliputi tata kelola, manajemen risiko, kesiapsiagaan dan keamanan, perlindungan infrastruktur informasi vital, kemandirian kriptografi nasional; pembangunan kapasitas, kapabilitas, dan kualitas; kebijakan keamanan siber; dan kerja sama internasional.
Oleh karena itu, peran media massa juga sangat diperlukan dalam menyosialisasikan mengenai bahaya serangan siber kepada masyarakat.
Ancaman siber, menurut Hinsa, merupakan ancaman hibrida yang bisa dalam bentuk kontrol informasi, spionase, dan bahkan sabotase.
Mengenai sifat serangan, Hinsa menjelaskan, ada dua, yakni yang bersifat teknis dan sosial. Ancaman bersifat teknis adalah yang menyerang sistem elekronik, antara lain dalam bentuk malware, DDoS, phising, dan lain-lain.
Sedangkan serangan sosial yang tidak kalah bahanyanya, antara lain dalam bentuk propaganda hitam, separatisme, radikalisme, dan kejahatan siber lainnya. Serangan bersifat sosial ini bisa masuk lewat ruang-ruang privat dalam interaksi orang di internet.
"Kita tahu bahwa kekuatan bangsa kita adalah persatuan, nah apabila ini yang ada yang merongrong tentu sangat berbahaya," ujarnya.
Dalam kaitan itu lah, Hinda mengharapkan peran aktif kalangan media untuk bisa menyosialisasikan mengenai bahaya serangan siber kepada masyarakat.