JAKARTA - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, pada Hari Selasa menyerukan "rekonstruksi revolusioner dari sistem budaya negara", lapor media pemerintah, ketika protes nasional terus menekan pihak berwenang.
"Penting untuk merevolusi struktur budaya negara. Dewan tertinggi harus mengamati kelemahan budaya di berbagai bidang negara," kata Khamenei dalam pertemuannya dengan dewan budaya negara, melansir Reuters 7 Desember.
Sebelumnya, Jaksa Agung Mohammad Jafar Montazeri mengatakan Kamis, parlemen dan kehakiman Iran sedang meninjau undang-undang wajib jilbab negara itu, menurut outlet pro-reformasi Entekhab, seperti mengutip CNN.
Adapun pejabat tinggi Iran telah berulang kali mengatakan Teheran tidak akan mengubah kebijakan jilbab wajib Republik Islam, yang mengharuskan perempuan untuk berpakaian sopan dan mengenakan jilbab, meskipun protes selama 11 minggu terhadap peraturan Islam yang ketat.
Iran telah diguncang kerusuhan sejak kematian wanita Kurdi Mahsa Amini pada 16 September dalam tahanan polisi moral, setelah penangkapannya karena berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan di negara itu.
BACA JUGA:
Demonstrasi telah menjadi salah satu tantangan terkuat bagi Pemerintah Teheran sejak revolusi 1979.
Sementara itu, Kantor berita aktivis HRANA mengatakan 470 pengunjuk rasa telah tewas hingga Hari Sabtu, termasuk 64 anak di bawah umur. Dikatakan 18.210 demonstran ditangkap dan 61 anggota pasukan keamanan tewas.