Menhan Rusia Tuding Ukraina Lakukan Terorisme Nuklir di PLTN Zaporizhzhia
Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu memimpin rapat koordinasi para pejabat militer. (Wikimedia Commons/mil.ru/Ministry of Defence)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada Hari Selasa, Ukraina terus membombardir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, dengan sengaja menciptakan ancaman kemungkinan bencana nuklir.

Menhan Shoigu mengatakan, pasukan Rusia mengambil "semua langkah" untuk memastikan keamanan pembangkit listrik, yang terbesar di Eropa, dalam menghadapi apa yang disebutnya "terorisme nuklir" dari Kyiv.

Ukraina membantah menembaki fasilitas tersebut, yang telah berada di bawah kendali pasukan Rusia sejak hari-hari pertama perang, sebaliknya, menuduh Rusia menembaki pembangkit tersebut.

"Unit kami mengambil semua tindakan untuk memastikan keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia," kata Menhan Shoigu kepada para pemimpin militernya dalam panggilan konferensi, melansir Reuters 6 Desember.

"Pada gilirannya, rezim Kyiv berusaha menciptakan kesan ancaman bencana nuklir dengan terus membombardir situs tersebut," tambahnya.

Lebih jauh Menhan Shoigu mengatakan, Ukraina telah menembakkan 33 peluru kaliber besar ke pabrik itu dalam dua minggu terakhir.

Sebagian besar telah dicegat oleh pertahanan udara Rusia, katanya, meskipun "beberapa masih mengenai objek yang mempengaruhi operasi yang aman dari pembangkit listrik tenaga nuklir".

"Kami mengklasifikasikan serangan pasukan Ukraina ini sebagai terorisme nuklir," sebutnya. Reuters tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.

Baik Moskow dan Kyiv saling menyalahkan atas serangan terhadap fasilitas tersebut. Kyiv juga menuduh Moskow menggunakan pembangkit itu sebagai depot senjata de facto.

Terpisah, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) - mendorong pembentukan zona keamanan di sekitar pembangkit, khawatir akan potensi bencana seperti Chernobyl.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pada Hari Selasa, ada "dinamika positif" dalam diskusi dengan IAEA mengenai gagasan tersebut, seperti dilaporkan kantor berita TASS.