JAKARTA - Aksi besar-besaran rakyat Ukraina menolak kuncitara wilayah dalam upaya menahan laju penyebaran COVID-19 makin panas. Imbasnya, seorang petugas polisi pingsan dan 40 lainnya mengalami luka bakar akibat lemparan gas kimia selama bentorakan dengan ribuan pengunjuk rasa.
“Seorang polisi dipukul di kepala dan dia pingsan. 40 lainnya mengalami luka bakar karena bahan kimia," kata Kementerian Dalam Negeri, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Reuters, Rabu, 16 Desember.
In central #Kyiv, #Ukraine, the anti-lockdown #protest rally by the self-employed turned violent as the protesters attempted to set up tents. Police used batons and tear gas to disperse the protesters:https://t.co/JMQqbeu27c pic.twitter.com/2Be9hX9yFy
— Alex Kokcharov (@AlexKokcharov) December 15, 2020
Bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi dipicu oleh aksi sebagian orang yang mencoba mendirikan tenten di Lapangan Kemerdekaan Kyiv. Alhasil, petugas kepolisian mencoba melarang aksi tersebut sehingga terjadi bentrokan.
Anti-Lockdown Protest in Kiev🇺🇦 Ukraine pic.twitter.com/S6DXEzcuPa
— Fabio Q1️⃣7️⃣🇮🇹🇺🇸 (@FabioQanon) December 15, 2020
Sebelumnya, pemerintah Presiden Volodymyr Zelensky telah mengumumkan kuncitara nasional yag dimulai Januari. Upaya itu dilakukan karena angka penularan COVID-19 yang makin melonjak.
Sejauh ini Ukraina telah mengonfirmasi 925.321 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 15.792 kasus meninggal dunia.
BACA JUGA:
Dalam aturan kuncitara yang baru, pemerintah akan menutup sekolah, restoran, pusat kebugaran, pusat hiburan, dan larangan pertemuan massal. Aturan itu akan berlaku mulai 8 hingga 24 Januari mendatang.
Sementara itu, pada bulan lalu, pemerintah telah memberlakukan kuncitara pada akhir pekan. Empunya kebijakan mencoba menutup pusat bisnis dan membatasi aktivitas warga Ukraina yang berakhir 2 Desember lalu.