Bagikan:

BANDA ACEH - Dinas Kesehatan Aceh menyebutkan total kasus polio atau lumpuh layuh tipe dua di provinsi itu sebanyak empat orang. Satu pasien di antaranya masih menjalani terapi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh.

“Kasus pertama sedang menjalani fisioterapi, sedangkan tiga kasus lagi berada di rumah masing-masing, karena tidak bergejala,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Iman Murahman di Banda Aceh dilansir ANTARA, Kamis, 24 November.

Dia menjelaskan ketiga anak yang terinfeksi virus polio ini sama dengan anak kasus pertama, yakni sama sekali tidak memiliki riwayat imunisasi dasar lengkap, sehingga berisiko tinggi tertular virus.

“Jadi di daerah Mane, Pidie ini memang risikonya tinggi, karena tingkat imunisasi dasar lengkap di sana sangat rendah,” ujarnya.

Menurut Iman, awalnya, satu kasus polio menginfeksi seorang bocah berusia tujuh tahun di Kecamatan Mane, Pidie. Setelah dilakukan pengembangan, pemerintah menemukan tiga kasus baru yang juga terinfeksi virus polio tipe dua, namun tidak memiliki gejala.

Pengembangan dari kasus pertama, kata dia, pihaknya mengambil 21 spesimen tinja dari anak-anak di wilayah setempat. Dari jumlah itu, hanya 19 spesimen yang layak untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium di Jakarta, dan hasilnya tiga anak dinyatakan positif terinfeksi polio.

“Tiga anak ini, satu berusia 2 tahun 5 bulan, kemudian 1 tahun 11 bulan, dan satu lagi usia 5 tahun. Mereka ini memang tanpa gejala, tidak seperti kasus pertama yang bergejala (lumpuh),” ujarnya.

Saat ini, ketiga anak yang baru terinfeksi itu berada di rumah masing-masing, tanpa harus menjalani perawatan di rumah sakit, karena tidak memiliki gejala apa pun.

Namun petugas medis dari dinas kesehatan tetap melakukan langkah epidemiologi untuk mencari sumber ketiga anak tersebut bisa terinfeksi virus polio.

“Tiga anak ini tidak ada penanganan medis, karena polio ini tidak ada obat. Karena mereka juga tidak sakit, dan tidak ada gejala, sehingga tidak ada penanganan medis khusus,” ujarnya.

Saat ini, pihaknya hanya menjaga kesehatan lingkungan si anak, terutama perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) agar tetap terjaga dengan baik, karena virus polio dapat menular melalui tinja, sehingga diminta agar tidak buang air besar sembarangan.

“Edukasi kepada masyarakat sudah kita lakukan, mudah-mudahan untuk kesehatan lingkungan mereka bisa lebih terjaga dengan baik,” ujarnya.

Sementara untuk kasus pertama, lanjut dia, anak usia 7 tahun itu sedang menjalani serangkaian pemeriksaan saraf dan fisioterapi di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh. Untuk perkembangan kesehatan sudah cukup dibandingkan awal penemuan.

“Untuk kelemahan ototnya, kalau dari satu sampai lima, maka kekuatan ototnya itu di angka tiga. Artinya, dia masih bisa jalan, tapi untuk berlari memang sulit, kemudian masih tetap ada nyeri di bawah lutut dan juga paha bagian bawah, mudah-mudahan dengan fisioterapi nanti bisa lebih baik,” ujarnya.