Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah agen intelijen Prancis ditangkap sehubungan protes di Iran, saat unjuk rasa anti-pemerintah terus berlanjut, menurut Menteri Dalam Negeri Ahmad Vahidi mengatakan kepada TV pemerintah Hari Rabu.

Iran menuduh musuh-musuh Barat memicu protes nasional yang dipicu oleh kematian wanita muda Kurdi Iran Mahsa Amini (22) pada 16 September, saat berada dalam tahanan polisi moral lantara dinilai berpakaian tidak sesuai ketentuan.

"Orang-orang dari negara lain ditangkap dalam kerusuhan itu, beberapa di antaranya berperan besar. Ada unsur-unsur dari badan intelijen Prancis dan mereka akan ditindak sesuai hukum," kata Vahidi, melansir Reuters 16 November.

Kementerian Luar Negeri Prancis tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna mengatakan total tujuh warga negara Prancis ditahan di Iran, dengan yang terbaru yakni dua orang ditahan Iran.

"Kami mengkhawatirkan dua warga lainnya dan dari pemeriksaan terbaru kami hasilnya mereka ditahan," kata Catherine Colonna kepada surat kabar Le Parisien dalam sebuah wawancara Sabtu lalu.

Pada Hari Jumat, surat kabar Le Figaro melaporkan bahwa kedua warga negara tersebut telah ditangkap sebelum dimulainya protes anti-pemerintah pada Bulan September.

Hubungan antara Prancis dan Iran telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir, karena upaya untuk menghidupkan kembali pembicaraan nuklir, di mana Prancis adalah salah satu pihak, telah terhenti.

"Jika tujuannya (Iran) adalah untuk memeras kami, maka ini adalah cara yang salah untuk berurusan dengan Prancis," kata Colonna.

Diketahui, sekitar 341 demonstran tewas dalam kerusuhan dan lebih dari 15.800 ditahan, menurut kantor berita aktivis HRANA.

Uni Eropa pada Hari Senin memberlakukan sanksi tambahan terhadap Iran, menargetkan 29 individu dan tiga organisasi, sebagai tanggapan atas apa yang dikutuknya sebagai penggunaan kekuatan Teheran secara luas terhadap pengunjuk rasa damai.