Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Pemimpin China Xi Jinping, Beijing memiliki kewajiban untuk mencoba berbicara dengan Korea Utara agar tidak melanjutkan uji coba nuklir.

Presiden Biden bertemu dengan Presiden Xi selama lebih dari tiga jam menjelang KTT G20 di Bali, jadi yang pertama sejak ia dilantik Januari tahun lalu.

Dalam konferensi pers malam hari usai pertemuan, Presiden Biden mengatakankan telah memperingatkan Presiden Xi, Amerika Serikat akan melakukan apa yang perlu dilakukannya untuk mempertahankan diri dan sekutu Korea Selatan dan Jepang, jika Korea Utara melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Presiden Biden mengatakan tanggapan AS "mungkin lebih tinggi di hadapan China", meskipun tidak ditujukan untuk menentangnya.

Lebih lanjut Presiden Biden mengatakan dia memberi tahu Presiden Xi, "bahwa saya pikir mereka memiliki kewajiban untuk berusaha menjelaskan" kepada Korea Utara, mereka tidak boleh melanjutkan uji coba nuklir, melansir Reuters 15 November.

Ditanya sejauh mana dia yakin China memiliki kemampuan untuk membujuk Pyongyang agar tidak melakukan uji coba nuklir, Presiden Biden mengatakan dia tidak yakin apakah Beijing "dapat mengendalikan" tetangga dan sekutu lamanya itu.

"Sulit untuk menentukan apakah China memiliki kapasitas atau tidak," ujar Biden.

"Saya yakin China tidak menginginkan Korea Utara terlibat dalam cara-cara eskalasi lebih lanjut," lanjutnya.

Jika terjadi uji coba, Presiden Biden menambahkan, "Kami harus mengambil tindakan tertentu yang akan lebih defensif atas nama kami, dan itu tidak akan ditujukan terhadap China, tetapi akan mengirimkan pesan yang jelas ke Korea Utara.

"Kami akan mempertahankan sekutu kami, serta tanah Amerika dan kapasitas Amerika," tegasnya.

Diketahui, Korea Utara telah melakukan peluncuran rudal balistik dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang tahun ini.

Sementara, Washington telah memperingatkan selama berbulan-bulan, mereka dapat melakukan uji coba bom nuklir kapan saja.

Jumlah tes senjata yang memecahkan rekor Korea Utara tahun ini, termasuk rudal balistik antarbenua yang dirancang untuk mencapai daratan AS.

Pejabat AS menuduh China dan Rusia mendukung Pyongyang, lantaran gagal menegakkan sanksi Dewan Keamanan PBB dengan benar.

China dan Rusia mendukung sanksi yang lebih keras setelah uji coba nuklir terakhir Korea Utara pada tahun 2017. Tetapi pada Bulan Mei, keduanya memveto inisiatif yang dipimpin AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB, terkat peluncuran rudal balistik Pyongyang.