Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan Ukraina menyebut komandan baru pasukan invasi Rusia pada Hari Kamis melakukan doktrin teroris, dengan membombardir warga sipil dan infrastruktur penting.

Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov mengatakan, tentara Rusia di bawah Jenderal Sergei Surovikin tampaknya menjadi lebih disiplin sejak pengangkatannya pada Oktober lalu.

Rusia melancarkan gelombang serangan terhadap infrastruktur nasional yang dimulai pada 10 Oktober, dalam apa yang digambarkan sebagai pembalasan atas serangan di jembatan Rusia ke semenanjung Krimea Ukraina yang dianeksasi, yang dituduhkan kepada Kyiv.

Ditanya apakah taktik Moskow telah berubah di bawah Surovikin, Reznikov menjawab "ya."

"Ya, dia mengubahnya karena dia menggunakan taktik terorisme terhadap warga sipil dan objek infrastruktur menggunakan rudal jelajah, rudal roket dan drone, drone khusus Iran," ujarnya kepada Reuters dalam sebuah wawancara, seperti dilansir 11 November.

"Mereka tidak mengirim satu atau dua roket ke Ukraina seperti sebelumnya. Mereka menggunakan 40 roket dalam sehari dan kemudian menunggu dan kemudian lagi dan lagi," paparnya.

Juli lalu, pejabat Barat menyebut Jenderal Surovikin berada di balik kemajuan pesat pasukan Ukraina yang termasuk dalam wilayah Donbas, yang ketika itu baru saja direbut Moskow.

oleksii reznikov
Menhan Ukraina Oleksii Reznikov. (Twitter/@oleksiireznikov)

Sebelum memimpin pasukan Rusia secara keseluruhan, ia dipercaya memimpin pasukan Moskow di wilayah selatan, menggantikan Jenderal Alexander Dvornikov. Pengangkatannya tidak lepas dari 'keberhasilannya' memimpin operasi Rusia di Suriah yang disebut Barat menggunakan taktik kontroversial.

"Rusia telah membuat beberapa perubahan komando yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir, terutama Jenderal Angkatan Darat Sergei Surovikin, yang telah mengambil alih komando Grup Pasukan Selatan, yang mengawasi pendudukan Ukraina selatan dan kemajuan di Donbas dari selatan," sebut pejabat Barat melansir The National News.

"Dia adalah sosok yang kontroversial, bahkan menurut standar perwira umum Rusia," lanjutnya. Sementara, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan karir 30 tahun jenderal itu "dipenuhi dengan tuduhan korupsi dan kebrutalan".

Diketahui, memiliki julukan 'Jenderal Armageddon', Jenderal Surovikin adalah perwira tinggi senior yang disegani. Lahir pada tahun 1966 di Novosibirsk, Jenderal Surovikin yang berusia 55 tahun adalah veteran perang Rusia baru-baru ini. Ia memulai karir militernya yang aktif di Afghanistan pada akhir 1980-an, seperti mengutip BBC.

sergei surovikin
Jenderal Sergei Surovikin. (Wikimedia Commons/Министерство обороны Российской Федерации)

Sebelum Ukraina dan Suriah, Jenderal Surovikin sudah bertempur dalam konflik tahun 1990-an di Tajikistan dan Chechnya.

Charles Lister, direktur Program Suriah di Middle East Institute, mengatakan Jenderal Surovikin memiliki "sikap yang sama sekali tak kenal ampun terhadap musuh", memandang kombatan dan warga sipil sebagai hal yang sama.

Pada tahun 2017, Presiden Putin menganugerahi Jenderal Surovikin medali Pahlawan Rusia, penghargaan tertinggi negara itu, untuk pengabdiannya di Suriah. Sementara, Human Rights Watch (HRW) mendaftarkannya sebagai seseorang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia.

Selain terhadap musuh dan warga sipil, Jenderal Surovikin juga tak segan keras terhadap pasukannya.

Pada tahun 2004, hanya dua tahun setelah lulus dari akademi militer untuk perwira, Jenderal Surovikin diduga memukuli salah satu prajuritnya karena pandangan politiknya, kata Institute for the Study of War. Prajurit itu kemudian menarik pengaduan ini.

Surat kabar pro-pemerintah Rusia Kommersant melaporkan pada tahun yang sama, Jenderal Surovikin memanggil salah satu kolonelnya untuk berpakaian. Beberapa saat setelah pertemuan itu, tentara itu menembak dirinya sendiri dengan fatal.