Soal Pilpres 2024 Jatah Prabowo, Jokowi Dinilai Hanya Tak Ingin Pilpres 2024 Diikuti 2 Paslon
Presiden Jokowi dan Ketum Gerindra Prabowo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu 13 Juli 2019. (Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti menilai pernyataan Presiden Joko Widodo soal 'jatah Pilpres 2024' untuk Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto didasari keinginan saling membantu.

Menurutnya, komentar itu dapat mendongkrak keterpilihan Prabowo di tengah masyarakat yang belakangan stagnan menurut sejumlah hasil survei terkait Pilpres 2024.

"Tren suara Prabowo yang mandeg akhir-akhir ini, tentu akan dapat bersinar lagi setelah setidaknya dua kali Jokowi menyebut nama beliau sebagai capres," kata Ray dalam keterangannya, Jumat, 11 November.

Jokowi memandang, kata Ray, mendongkrak keterpilihan Prabowo itu bisa menjadi pertimbangan lain. Salah satunya terkait tercapainya minimal tiga pasangan calon presiden dalam kontestasi Pilpres 2024.

Dalam pesta demokrasi yang telah berlalu di Tanah Air, pertarungan sengit dua paslon diketahui telah menimbulkan keterbelahan di tengah masyarakat.

"Mengapa harus didongkrak kembali? Karena Jokowi juga berkepentingan agar Prabowo tetap ikut kontestasi Pilpres 2024, agar tidak terjadi dua pasangan capres," katanya.

Maka dari itu Ray menekankan pernyataan 'jatah Pilpres 2024' untuk Prabowo itu bukan berarti Jokowi telah menentukan pilihan politiknya. Jokowi hanya mendorong lagi Prabowo agar siap melenggang di pilpres.

"Pernyataan itu bukan berarti Jokowi sudah menjatuhkan pilihan politik kepada Prabowo, masih lama itu. Paling jauh bisa dinyatakan bahwa Jokowi ikut mendorong Prabowo untuk ikut dalam capres 2024 tapi bukan berarti memihaknya," tandasnya.