Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir mengungkap alasan pemerintah memutuskan memilih vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi asal China, Sinovac. Salah satu alasan kuatnya adalah kecepatan dalam proses uji klinis ketiga vaksin tersebut.

"Dapat kami sampaikan, bahwa dasar pemilihan vaksin COVID-19 harus memenuhi beberapa faktor, yaitu antara lain memenuhi unsur keamanan, cepat, dan juga harus memenuhi aspek mandiri," katanya, dalam update 'Perencanaan Distribusi dan Quality Control Vaksin COVID-19' secara virtual, Selasa, 8 Desember.

Selain itu, kata Honesti, vaksin Sinovac juga memiliki khasiat, dan mutu yang terjamin oleh lembaga yang berwenang. Vaksin Sinovac juga telah menjalankan serangkaian pengujian mulai dari pra klinis hingga uji klinis tahap 1, uji klinis tahap 2, dan uji klinis tahap 3.

"Dilihat dari timeline dan pengembangan, calon vaksin COVID-19 dari Sinovac termasuk satu dari 10 kandidat yang paling cepat, yang sudah masuk uji klinis tahap 3," tuturnya.

Tak hanya itu, persamaan jenis platform vaksin yang digunakan Sinovac, kata Honesti, jadi pertimbangan lain Indonesia memilih vaksin ini. Sistem tersebut selain dikuasai juga oleh Bio Farma juga telah diakui pula oleh badan kesehatan dunia atau WHO.

"Dari sisi platform dan metode penggunaan vaksin ini menggunakan platform inactivated atau virus yang dimatikan yang sudah terbukti pada jenis vaksin lainnya dan sudah dikuasai Bio Farma," ujarnya.

Honesti mengatakan, saat ini sebanyak 1,2 juta dosis vaksin COVID-19 dari Sinovac dibeli dalam bentuk jadi. Namun, ia memastikan kerja sama antara kedua pihak tetap dibarengi dengan adanya proses transfer teknologi. Sehingga nantinya saat vaksin dalam bentuk bahan baku atau bulk yang direncanakan tiba pada Desember ini, pihak Bio Farma dapat memprosesnya secara mandiri untuk kebutuhan dalam negeri.

"Dalam kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac terdapat juga transfer teknologi dalam hal pengujian-pengujian yang dibutuhkan. Bio Farma sudah memiliki pengalaman yang panjang dalam distribusi vaksin baik untuk kebutuhan pemerintah ataupun swasta," jelasnya.

Setelah kedatangan vaksin perdana ini, kata Honesti, selanjutnya berturut-turut Indonesia akan kembali mendatangkan vaksin pada Desember 2020 sebanyak 15 juta dosis dalam bentuk bahan baku.

"Sisa dari 3 juta dosis vaksin jadi sebesar 1,8 juta dosis akan tiba pada akhir Desember 2020 atau paling lambat awal Januari 2021. Masih di sekitar Januari 2021, akan tiba juga vaksin dalam bentuk bahan baku sebanyak 30 juta dosis," tuturnya.

Honesti menegaskan, semua vaksin yang tiba adalah jenis vaksin yang sama dengan yang telah dilakukan uji klinis fase 3, baik yang dilakukan di Indonesia, Brasil, dan beberapa negara lainnya.