JAKARTA - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi menegaskan dukungan kerja sama kedua negara dalam pengembangan vaksin COVID-19.
“Kami sepakat untuk terus meningkatkan kolaborasi internasional guna penanganan COVID-19 terutama dalam menjamin rantai pasokan bahan baku bagi produksi obat dan pengembangan vaksin,” kata Retno dilansir Antara, Kamis, 30 Jui.
Kolaborasi pengembangan vaksin diwujudkan melalui kerja sama antara PT Bio Farma dan perusahaan Sinovac, asal China, yang sedang melakukan uji klinis kandidat vaksin COVID-19 tahap III.
Sambil menunggu uji klinis selesai, kata Retno, persiapan tahap selanjutnya yang menyangkut produksi juga harus dipersiapkan. Dari sisi kemampuan, PT Bio Farma berupaya meningkatkan kapasitas produksi dari 150 juta dosis menjadi 250 juta dosis per tahun.
“Isu yang saya tekankan adalah mengenai ketersediaan bulk vaccine dengan jumlah yang mencukupi agar segera dapat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau,” kata Retno.
Vaksin berbasis virus yang di-inaktifkan (inactivated) atau dimatikan merupakan buatan Sinovac yang sudah masuk tahap uji klinis III di Bangladesh dan Brasil, dan akan dilakukan pula di Indonesia pada Agustus.
Sebelumnya, Kepala Divisi Surveilans dan Uji Klinik Bio Farma Novilia Sjafri Bachtiar menjelaskan vaksin tersebut dipilih karena teknologinya sudah dikenal dan digunakan di dunia cukup lama, tidak perlu menggunakan alat injeksi khusus, dan sudah maju dalam daftar kandidat vaksin COVID-19 di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
BACA JUGA:
Kerja sama dengan Sinovac sendiri dilatarbelakangi sejumlah pertimbangan, antara lain, perusahaan itu dinilai sudah memiliki pengalaman dalam pengembangan vaksin SARS dan H1N1, sudah memiliki produk inactivated, dan mendapat kualifikasi WHO.
Berdasarkan data WHO hingga 28 Juni 2020, terdapat 25 kandidat vaksin yang masuk tahap uji klinis dan 139 kandidat vaksin dalam tahap praklinis.
Vaksin yang masuk tahap uji klinis tahap III saat ini adalah buatan Universitas Oxford/AstraZeneca, Sinovac, Wuhan Institute of Biological Products/Sinopharm, Beijing Institute of Biological Products/Sinopharm, Moderna/NIAID, serta BioNTech/Fodum Pharma/Pfizer.