Bagikan:

JAKARTA - China harus menghentikan pertikaian dengan Taiwan, untuk menjaga perdamaian dan stabilitas, kata pejabat Taipei pada Hari Jumat, ketika Beijing meningkatkan tekanan politik dan militer di pulau yang diklaimnya sebagai miliknya.

China telah meningkatkan kegiatan militer di dekat Taiwan yang diperintah secara demokratis sejak Agustus, ketika China melakukan latihan blokade di sekitar pulau itu setelah kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taipei.

"Beijing harus menghentikan pertikaian pedangnya, karena hanya memperdalam kesenjangan antara kedua belah pihak dan meningkatkan ketegangan di kawasan itu," kata menteri Dewan Urusan Daratan Chiu Tai-san dalam sebuah forum di Taipei, melansir Reuters 28 Oktober.

"Kami mendesak China daratan untuk meletakkan senjata dan menjaga perdamaian dan stabilitas. Kunci perdamaian adalah membalikkan pola pikir menangani masalah dengan kekuatan," lanjut Chiu, seraya menambahkan Beijing harus menyelesaikan ketidaksepakatan dengan Taipei melalui "dialog konstruktif tanpa prasyarat."

Chiu mengatakan, dia berharap China dapat secara bertahap melonggarkan pembatasan perjalanannya untuk mengendalikan pandemi COVID-19, sehingga kedua belah pihak dapat melanjutkan "pertukaran yang sehat dan teratur dan menciptakan ruang untuk interaksi positif."

Diketahui, China telah berulang kali menolak tawaran untuk pembicaraan atas dasar kesetaraan dengan saling menghormati oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang dipandang Beijing sebagai separatis.

Sebaliknya, China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri. Awal bulan ini, Presiden Xi Jinping mengatakan dalam pidato pembukaan Kongres Partai Komunis di Beijing, terserah kepada rakyat China untuk menyelesaikan masalah Taiwan dan China tidak akan pernah meninggalkan penggunaan kekuatan atas Taiwan.

Sementara, Taipei mengatakan hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka, dan karena Taiwan tidak pernah diperintah oleh Republik Rakyat China, klaim kedaulatannya tidak berlaku.