JAKARTA - Presiden China Xi Jinping membicarakan masalah ekonomi, Taiwan hingga pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, saat bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida.
"Presiden Xi Jinping menekankan bahwa isu-isu prinsip utama seperti sejarah dan masalah Taiwan sangat penting bagi landasan politik hubungan China-Jepang," demikian disebutkan dalam pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri China dilansir ANTARA, Sabtu, 18 November.
Presiden China Xi Jinping bertemu dengan PM Jepang Fumio Kishida pada Kamis (16/11) waktu setempat di San Fransisco, Amerika Serikat pada sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC).
"Jepang harus menghormati komitmennya dan memastikan bahwa fondasi hubungan China-Jepang tidak rusak atau terguncang, karena kepentingan ekonomi, industri, dan rantai pasokan kedua negara saling terkait erat, maka menerapkan strategi 'halaman kecil, pagar tinggi', membatasi gerak ekonomi, atau mengganggu rantai pasok tidak akan berguna bagi siapa pun," lanjutnya.
Strategi "halaman kecil, pagar tinggi" kerap disampaikan Presiden Xi yang merujuk pada tindakan melindungi aset-aset strategis tertentu namun tidak kehilangan manfaat lainnya dari mitra ekonomi suatu negara.
China, menurut pernyataan tersebut, sedang melakukan pembangunan berkualitas tinggi dan terbuka sehingga memberikan peluang bagi Jepang dan negara-negara lain di dunia.
Artinya, baik China maupun Jepang diharapkan mempererat kerja sama dan berkontribusi terhadap keberhasilan satu sama lain, menjunjung tinggi sistem perdagangan bebas maupun meneruskan nilai-nilai Asia yang dibangun berdasarkan perdamaian, kerja sama, inklusivitas dan bersama-sama menghadapi tantangan global.
"Presiden Xi Jinping juga menekankan bahwa pembuangan air yang terkontaminasi nuklir Fukushima ke laut dapat mempengaruhi kesehatan seluruh umat manusia, lingkungan laut global, dan kepentingan bersama internasional. Jepang harus menanggapi dengan serius kekhawatiran dari dalam dan luar Jepang dan menangani masalah ini dengan cara yang bertanggung jawab dan konstruktif," demikian tertulis dalam pernyataan tersebut.
Selanjutnya dalam pertemuan tersebut Presiden Xi Jinping menekankan pada 2023 menandai peringatan 45 tahun Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan China-Jepang.
Selama 45 tahun terakhir, dengan berpedoman pada empat dokumen politik termasuk perjanjian tersebut, hubungan China-Jepang telah melewati liku-liku hubungan sekaligus mempertahankan momentum relasi serta memberikan manfaat bagi kedua bangsa.
"Di dunia yang penuh perubahan dan ketidakstabilan ini, di mana terdapat banyak risiko dan tantangan, hidup berdampingan secara damai, bersahabat dan saling menguntungkan antara China dan Jepang adalah kepentingan fundamental kedua negara," kata Presiden Xi.
BACA JUGA:
Hubungan China-Jepang saat ini disebut berada dalam periode penting. Kedua pihak harus mengikuti tren zaman, tetap pada arah yang benar, mengikuti semangat "mengambil pelajaran dari sejarah dan membuka masa depan baru", menormalisasi hubungan diplomatik, menilai perkembangan masing-masing negara secara obyektif dan rasional, serta mengelola perbedaan pendapat secara konstruktif.
Presiden Xi berharap China dan Jepang menjadi "mitra, bukan ancaman" yang diterjemahkan ke dalam kebijakan dan tindakan nyata.
Sedangkan PM Fumio Kishida menyatakan pada kesempatan penting dalam peringatan 45 tahun Perjanjian Perdamaian dan Persahabatan Antara Jepang dan China karena didukung oleh masyarakat kedua negara yang memiliki kenangan indah atas upaya yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Dalam pernyataan tersebut, Jepang berharap berharap dapat meningkatkan komunikasi dan dialog tingkat tinggi dengan China, meningkatkan hal-hal positif dalam hubungan bilateral, dan memastikan hidup berdampingan secara damai.
"Jepang tidak mempunyai niat untuk menjauhkan diri dari perekonomian China atau memutus rantai pasok, dan berharap untuk memperluas pertukaran antarmasyarakat dan budaya serta mempererat kerja sama di berbagai bidang seperti ekonomi digital, pembangunan ramah lingkungan, fiskal dan keuangan, serta kesehatan dan perawatan lansia," kata PM Kishida.
Jepang juga tetap berkomitmen pada jalur pembangunan damai dan tidak mengubah posisinya sama sekali dalam persoalan Taiwan, sesuai dengan Pernyataan Bersama Jepang-China.
Kedua belah pihak juga disebut menyambut positif mekanisme dialog kontrol ekspor yang baru dibentuk. Mereka sepakat menjaga dialog dan komunikasi di semua tingkatan, mengadakan pertemuan baru "Economic High-Level Dialogue" dan "High-Level Consultation Mechanism on People-to-People and Cultural Exchanges" dan bersama-sama mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim.
"Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja secara konstruktif untuk menemukan solusi tepat terhadap pembuangan limbah nuklir melalui konsultasi dan negosiasi," imbuh dia.