Bagikan:

JAKARTA - Kepala pengembangan vaksin Amerika Serikat (AS), Moncef Slaoui meyakini vaksin COVID-19 yang dikembangkan negaranya memiliki efek panjang. Keyakinannya merujuk studi terakhir terkait vaksin yang menunjukkan efektivitas vaksin akan bertahan selama bertahun-tahun.

Melansir CNA, Senin, 7 Desember, Slaoui mengungkap efek vaksin pun memiliki jenjang waktu yang berbeda-beda sesuai usia. Para lansia atau orang yang lebih rentan, kata Slaoui membutuhkan vaksinasi COVID-19 setiap tiga sampai lima tahun sekali.

Setelah di vaksin, Slaoui mengungkap respon tubuh terhadap virus COVID-19 akan jauh lebih cepat. Sebab, salah satu keunggulan sistem imun adalah daya ingat.

Akan tetapi, Slaoui belum dapat menjawab terkait orang yang divaksiniasi apakah dapat menyebarkan ke orang lain. Slaoui hanya menjawab hal itu dapat diketahui menjelang masuk bulan Februari atau Maret, wktu setelah vaksinasi tahap pertama dilakukan di AS.

Untuk itu, Slaoui menghimbau kepada warga AS yang telah di vaksinasi nantinya untuk terus berhati-hati dengan tetap menjalankan protokol pencegahan COVID-19. Yang mana, hal itu dilakukan untuk tetap melindungi diri mereka dan orang lain yang belum terkena vaksin COVID-19.

Sejauh ini AS telah mengonfirmasi 14.759.800 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 281.878 kasus meninggal dunia. Jumlah tersebut diramalkan akan turun kala sekitar 70 hingga 80 persen dari total populasi AS telah diberikan vaksin COVID-19.