Bagikan:

DEPOK – Balita berusia 3 tahun meninggal di Depok setelah didiagnosa mengalami gagal ginjal. Soliha, ibu korban, menceritakan serangkaian gejala yang dialami putri hingga akhirnya meninggal dunia.

Berawal dari anaknya yang mengidap batuk dan pilek hingga muntah-muntah. Soliha akhirnya memberikan obat jenis siro, Paracetamol dan Rhinos.

Namun, saat itu korban justru mengalami muntah-muntah hingga 15 kali. Sabtu, 8 Oktober korban dibawa ke Klinik Bakti Jaya yang lokasinya tak jauh dari rumahnya, Kampung Rawageni, Cipayung, Depok.

“Anak ini muntah-mundah terus-terusan udah gitu kondisinya lemah. Sampai engga bisa beraktivitas, makanan dan minuman yang masuk keluar lagi, (perut) sampai tidak ada isinya,” kata Soliha, Jumat, 21 Oktober.

Melihat kondisi anaknya yang memprihatinkan, Soliha akhirnya membawa sang buah hati ke Rumah Sakit Bunda Aliyah, Kota Depok, Jawa Barat, Minggu (9 Oktober). Saat dilakukan penanganan oleh petugas medis, Soliha mengaku baru teringat jika anaknya tidak buang-buang air kecil sejak Jumat, 8 Oktober.

“Disitu saya lupa bilang, tidak pipis, jadi selama muntah-muntah itu anak saya tidak pipis. Saya bener bener lupa enggak bilang dokter IGD. Akhirnya kami dapat kamar jam 11 malam. Di ruang perawatan anak saya muntah-muntah,” katanya.

“Pas paginya, dokter anak saya itu Alhamdulillah melakukan visit (kunjungan ke pasien-red). Pas saya buka pampersnya, anak saya engga pipis juga, ‘ohh anak ibu engga pipis’. Saya bilang dari kemarin sejak muntah-muntah,” ucap Soliha.

“Ohh ya Allah ibu, saya lakukan pengecekan ya bu. Ini belum di cek. Saya takut anak ibu gagal ginjal. Setelah melakukan cek, barulah ketahuan hasil lab anak saya. Betul anak saya mengidap gagal ginjal akut stadium. Akut stadium 3” tambahnya.

Karena kondisi yang semakin memburuk, Dokter dari RS Bunda Aliyah menyarankan untuk dirujuk ke Rumah Sakit yang bertipe A.

“Anak saya sudah mulai (mengalami) perburukan. Pokoknya prosesnya itu begitu cepat dari stadium 3 ke stadium 6. Makanya dokternya langsung, “anak ibu langsung dirujuk yang RS tipe A”. Kemudian di hari selasa masuk ke RSCM,” ucap Soliha sambil menirukan ucapan dokter saat itu.

Selasa, 11 Oktober, Soliha tiba di RSCM, Jakarta Pusat. Anaknya langsung mendapatkan penanganan khusus.

Namun apa daya, kondisi anaknya sudah semakin buruk. Bahkan sudah menyerang bagian otak.

“Ingatan mulai hilang timbul, malah engga ngenalin saya. Apa yang saya tanya engga mulai jawab. Kondisinya menurun banget, di scaning apapun, jadi semua jaringan tubuh anak saya mulai turun,” sebutnya.

“Kalau engga salah itu di hari kamisnya anak saya buru-buru dipasang untuk cuci darah. Tapi anak saya menolak atau apa, sempet tidak ada detak jantungnya, sampai dipicu dan dipasang ventilator,” sambungnya.

Pada Jumat, kata Soliha, anaknya melakukan HD (Hemodialisis) sampai 5 jam. Selama itu anaknya tidak sadar, pas di HD itu sempat ada beberapa kendala dari lampu indikator yang merah bunyi.

Anaknya kemudian dinyatakan meninggal pada Minggu, 16 Oktober, sekitar pukul 08.20 WIB. Dia mengaku kaget karena anaknya tak pernah menunjukkan tanda-tanda sakit sebelumnya.

"Sampai sekarang saya belum mengetahui penyebab anak saya gagal ginjalnya itu karena apa. Kaget anak saya segitu cerianya, nggak ada riwayat sakit, segitu pintarnya, tiba-tiba kok penyakitnya seperti ini," tutupnya.