Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius Anak di Jakarta Bertambah 7 Hanya Dalam 5 Hari Terakhir
Ilustrasi anak sakit. (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat pertambahan kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Ibu Kota sebanyak 24 kasus dalam lima hari terakhir.

Per tanggal, 13 Oktober, kasus gagal ginjal akut sebanyak 42 kasus. Sementara, pada 18 Oktober, kasus bertambah menjadi 49 kasus.

Gangguan ginjal akut misterius adalah kondisi saat ginjal tiba-tiba tidak dapat menyaring limbah dari darah dan tanpa diketahui penyebabnya.

"Data per 18 Oktober 2022 DKI Jakarta yang ditemukan pada anak sebanyak 49 kasus dengan 36 anak balita dan 13 anak nonbalita," ungkap Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama kepada wartawan, Rabu, 19 Oktober.

Berdasarkan jenis kelamin, 33 kasus merupakan laki-laki dan 16 lainnya perempuan. Pada penyakit ini, sebanyak 25 kasus dinyatakan meninggal dunia, 12 masih menjalani perawatan, dan 12 telah dinyatakan sembuh.

Ngabila mengungkapkan, tidak semua pasien berdomisili di DKI Jakarta, yakni sebanyak 22 kasus. Sementara, sisanya berdomisili di daerah lain yakni Banten 8 kasus, Jawa Barat 14 kasus, dan 5 kasus lainnya dari daerah lain.

Ngabila mengungkapkan bahwa pada bulan Januari hingga Juli, rata-rata kasus gagal ginjal akut sebanyak 0-3 kasus. Angka ini melonjak mulai bulan Agustus sebanyak 10 kasus, September 19 kasus, dan hingga 18 Oktober 7 kasus.

"Kemenkes RI sebagai leader investigasi penyebab pasti dari kenaikan kasus gagal ginjal akut pada anak, segala data dan temuan untuk rekomendasi kebijakan," ujar Ngabila.

Ngabila menjelaskan, penyebab gangguan ginjal akut misterius ini dari beberapa yang sudah teridentifikasi adalah infeksi leptospirosis, influenza, parainfluenza, long COVID-19, virus CMV, bocavirus, legionella, shigella, E. eoli, dan sebagainya.

Adapun, gejala awal gangguan ginjal akut misterius adalah demam, diare atau muntah, dan batuk-pilek.

"Gejala lanjutan adalah jumlah urin dan frekuensi BAK berkurang, badan membengkak, penurunan kesadaran, dan sesak napas," jelas dia.

Sampai saat ini, penyebab pasti dari gangguan ginjal akut misterius belum diketahui dan masih dalam proses investigasi.

"Diduga, multisystem infommatory syndrome in children diduga berkaitan dengan penyebab gangguan ginjal pada serial kasus ini, namun ada kemungkinan penyebab lain tetap harus dicari," urainya.

Lebih lanjut, Ngabila meminta agar orang tua bisa mengenali ciri-ciri gejala gangguan ginjal akut serius. Sebab, penanganan terhadap pasien yang terkena gangguan ginjal akut harus segera ditangani.

"Jika anak ditemukan demam, diare, muntah, frekuensi buang air kecil berkurang, sebaiknya dalam 12 jam harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Semakin cepat gangguan ginjal akut misterius terditeksi, semakin baik perbaikan penyakit jika ditangani secara khusus," tandasnya.