Nazaruddin ke Kolombia KPK Kejar, Kenapa Harun Masiku Belum Terpantau?
Pelantikan Firli Bahuri sebagai ketua KPK (Wardhany Tsa Tsia/VOi)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masih membutuhkan waktu lama untuk menangkap buronan Harun Masiku, yang menjadi tersangka pemberi suap untuk eks Komisioner KPU Wahyu Setiawan. Publik pun bertanya-tanya kenapa KPK yang kini di bawah kepemimpinan Firli Bahuri belum juga menangkap Harun Masiku. 

Ibarat mencari jarum dalam sekam, peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana menilai KPK tidak lagi serius untuk mencari caleg PDI Perjuangan itu. Ia merasa bahwa kinerja lembaga antirasuah itu mulai menurun.

"Track record KPK selama ini selalu cepat ya untuk menemukan pelaku. Misalnya, contoh Nazaruddin saja yang jauh di Kolombia bisa ditemukan dan ditangkap oleh KPK," kata Kurnia ketika dihubungi VOI lewat sambungan telepon, Selasa, 28 Januari.

Diketahui, untuk menangkap M Nazaruddin eks Bendahara Umum Partai Demokrat, KPK di era Busyro Muqqodas butuh waktu sebulan mengingat dia bersembunyi di Cartagena, Kolombia.

Saat itu, Nazaruddin yang ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus suap wisma atlet Kemenpora. Namun pada tanggal 30 Juni 2011, bersama istrinya kemudian terbang ke Vietnam setelah mengecoh petugas.

Kemudian dari Vietnam dia menuju ke Kamboja sebelum akhirnya berangkat ke Bogota, Kolombia pada 22 Juli 2011 melewati Madrid Spanyol, dan Dominika. Tak lama tinggal di Bogota, Nazaruddin kemudian bergerak ke Cartagena sebelum akhirnya ditangkap.

Sedangkan kasus berbeda terjadi dengan Harun Masiku, setelah dikabarkan melarikan diri ke Singapura, ternyata caleg yang menyuap Wahyu Setiawan eks komisioner KPU ini berangkat ke Singapura pada 6 Januari dan kembali pada 7 Januari ke Jakarta atau sehari sebelum operasi tangkap tangan (OTT) terkait suap PAW terjadi.

Maka berkaca dari hal tersebut, ICW menilai cukup aneh jika Harun tak bisa segera ditangkap mengingat keberadaannya di Indonesia saat ini. "Ini kenapa Harun yang jelas ada di Indonesia sampai hari ini belum kunjung ditemukan," tegas Kurnia.

"Nazaruddin yang jauh di Kolombia sana saja bisa dapat. Ini jelas-jelas ada di Indonesia, kok, enggak dapat-dapat itu orang," imbuhnya.

Sebelumnya, buronnya Harun Masiku ditanggapi pasrah oleh Ketua KPK Firli Bahuri. Dia mengatakan mencari caleg dari partai banteng tersebut ibarat mencari jarum dalam sekam.

"Nyari orang itu (Harun Masiku) enggak gampang memang ya, itu sama seperti mencari jarum dalam sekam, oke," katanya kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 27 Januari.

Walau terkesan lamban, Ketua KPK dari Korps Bhayangkara itu yakin akan menemukan buronannya tersebut. Sebab, Firli mengklaim, anak buahnya sudah mencari Harun ke berbagai tempat. Termasuk tempat yang diduga sebagai tempat persembunyiannya.

"Apakah di Sulawesi, apakah di Sumatera Selatan, sudah kita lakukan semua tapi belum ada, belum ketangkap," ungkapnya.

Diketahui, KPK menetapkan Harun sebagai tersangka pemberi suap terhadap Wahyu Setiawan melalui orang kepercayaannya yang merupakan mantan anggota Bawaslu, Agustiani.

Suap ini diberikan karena Harun ingin menggantikan posisi Nazaruddin Kiemas yang meninggal dunia setelah terpilih sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 dan untuk melakukan hal tersebut, Wahyu Setiawan meminta uang operasional sebesar Rp900 juta.

Padahal sesuai ketentuan penggantian calon dalam Pasal 426 Ayat 3 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, posisi Nazaruddin harusnya digantikan oleh Riezky Aprilia yang mendapatkan perolehan suara kedua terbanyak di Dapil Sumatera Selatan I dengan jumlah 44.402 suara.