Kurang Representasikan Pemilih Muslim, Jadi Kekurangan KIB Jika Usung Duet Ganjar-Airlangga
Ganjar Pranowo (kiri) dan Airlangga Hartarto (dok Humas Pemprov Jateng-Kemenko Perekonomian)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Khoirul Umam menilai, menguatnya wacana pengusungan duet Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) membuktikan arah politik poros tersebut.

"Orientasi politik Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) semakin tidak bisa ditutup-tutupi, bahkan koalisi ini memang dipersiapkan untuk mendukung Ganjar Pranowo," ujar Umam di Jakarta, Kamis, 20 Oktober.

Hanya saja, kata dia, ada dua persoalan ketika KIB hendak mengusung Ganjar Pranowo. Permasalahan itu terkait komposisi calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) dan posisi politik PDIP.

"Ganjar-Airlangga memang cukup menjanjikan. Namun, ada dua pertimbangan yang belum dikalkulasikan. Pertama, benarkah PDIP mau memberikan cek kosong kepada Ganjar, dengan melupakan Puan Maharani begitu saja?," katanya.

Umam mengatakan persoalan lainnya terkait tantangan yang harus dihadapi Ganjar-Airlangga pada basis elektoral. Menurutnya, baik Ganjar maupun Airlangga kurang merepresentasikan politik Islam. Kedua tokoh itu, kata dia, lebih dekat dengan politik nasionalis.

"Kedua, Ganjar-Airlangga cukup kuat di sisi garis ideologi nasionalis," ucapnya.

Umam menyebutkan, KIB memang masih mengantongi dua partai bercorak Islam yakni PAN dan PPP untuk menghadapi persoalan terkat basis suara massa muslim. Namun, yang menjadi pertanyaan apakah PAN dan PPP menerima duet Ganjar-Airlangga untuk diusung KIB dalam Pilpres 2024.

"Mengingat dukungan mereka [KIB] terhadap komposisi capres yang lebih berat garis ideologis nasionalis berpeluang mempengaruhi sikap basis pemilih loyal mereka yang bercorak politik Islam," sebutnya.

Maka dari itu, Umam menilai, pengusungan Ganjar-Airlangga berpotensi membuat dukungan elektoral PAN dan PPP menjadi melemah. Hal itu sebagai dampak dari KIB yang terlalu condong pada garis politik nasionalis.

"Jika PPP dan PAN mau mendukung, artinya mereka siap dengan segala konsekuensi, termasuk potensi split ticket voting yang pada akhirnya berdampak pada melemahnya basis pemilih loyal masing-masing partai politik Islam," pungkasnya.