JAKARTA - Pejabat tinggi Amerika Serikat (AS), Moncef Slaoui memprediksi negaranya mampu memberikan vaksin COVID-19 kepada 100 juta orang sampai akhir Februari. Ia mengukurnya berdasarkan kesiapan pemerintah dan pengembang vaksin.
Mengutip CNA, Kamis 3 Desember, Slaoui, orang yang juga menjadi penasihat program percepatan vaksin AS berpendapat bahwa ketika vaksin dari Pfizer-BioNTech dan Moderna-NIH disetujui, maka ketersedian vaksin akan terjaga. Tiap satu orang warga AS, kata Slaoui, membutuhkan dua dosis vaksin. Sementara jeda antara dosis pertama dan kedua bisa tiga atau empat minggu.
"Antara pertengahan Desember dan akhir Februari, kami berpotensi memberi vaksin kepada 100 juta orang," kata Slaoui.
Target utama dari 100 juta orang yang akan divaksinasi, adalah mereka yang paling berisiko tertular COVID-19. Antara lain mereka para lansia, petugas kesehatan, dan relawan pertama vaksin COVID-19.
Untuk itu, pemberian vaksin tahap pertama akan cukup menjangkau sebagian besar petugas kesehatan. Vaksinasi pun akan dilakukan secara bertahap. 20 juta orang pada Desember, 30 juta orang pada Januari, dan 50 juta orang pada Februari, sehingga total mencapai 100 juta orang.
BACA JUGA:
Angka di atas hanya berasal dari dua vaksin saja. vaksin lain seperti yang digarap oleh Johnson & Johnson serta AstraZeneca-Oxford belum masuk dalam hitungan karena masih dalam proses uji coba tahap III. Kalau pun masuk hitungan, maka itu bergantung dengan persetujuan darurat yang akan diberikan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan AS (FDA).
Sejauh ini AS telah mengonfirmasi 13.937.579 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 272.639 kasus meninggal dunia.