Bagikan:

JAKARTA - Sekjen Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi mengatakan, saat ini 500 ribu tenaga kesehatan (Nakes) telah mendapatkan vaksinasi COVID-19 sejak Januari lalu.

"Hari ini, semenjak Januari lalu kita telah melakukan penyuntikan pada tenaga kesehatan yang jadi prioritas. Sampai hari ini sudah 500 ribu tenaga kesehatan dilakukan penyuntikan. Artinya dari 1,5 juta yang kita targetkan," kata Oscar dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Selasa, 2 Februari.

Senada dengan Oscar, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi juga menyatakan 500 ribu tenaga kesehatan telah divaksin dan angka ini menunjukkan antusiasme dan optimisme terhadap keamanan dan manfaat vaksin COVID-19.

"Vaksinasi sangat penting dan memilki manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan resikonya," ungkapnya.

Nadia juga memaparkan, berdasarkan laporan Komisi Nasional Kejadian Pasca Imunisasi hingga saat ini tak ada reaksi berat yang dialami oleh mereka yang telah mendapatkan vaksin COVID-19. "Saat ini semua reaksi masih bersifat ringan dan tidak ada yang serius," tegasnya.

Lebih lanjut, angka ini juga menambah optimisme bagi pemerintah jika target untuk menyuntik 1,5 juta tenaga kesehatan akan terwujud paling lambat di akhir bulan ini.

Berikutnya, pemerintah bakal memberikan vaksinasi tahap selanjutnya kepada petugas pelayanan publik. Pada tahapan ini, pemerintah akan menggunakan vaksin COVID-19 dari Sinovac yang baru tiba di Indonesia pada hari ini.

"10 juta dosis yang kita terima hari ini, rencananya akan digunakan untuk melakukan vaksinasi tahap kedua bagi petugas pelayanan publik, memberikan perlindungan bagi 17,4 petugas pelayanan publik yang juga bekerja di daerah yang terpapar COVID-19," jelasnya.

Dia mengatakan, pemberian vaksin terhadap 1,5 juta tenaga kesehatan dan 17,4 petugas pelayanan publik merupakan bagian dari 181,5 juta penduduk yang jadi sasaran vaksinasi COVID-19. Hal ini dilakukan untuk membentuk kekebalan kelompok di tengah masyarakat demi mencegah penularan COVID-19.

"Ketika kekebalan kelompok terhadap COVID-19 telah terbentuk, maka anggota masyarakat yang tidak bisa menerima vaksin karena keterbatasan kondisi kesehatanya akan bisa terlindungi," kata Nadia.

Namun, dia tetap meminta agar masyarakat tetap mengikuti anjuran protokol kesehatan. Hal ini penting untuk menuju kekebalan kelompok.

"Kami terus mengimbau kepada masyarakat untuk tetap disiplin menjalan prokes baik yang sudah maupuan yang belum divaksinasi. Karena protokol kesehatan akan melindungi diri kita dan orang disekitar kita dan orang yang kita cintai dari COVID-19. jangan sampai lengah," tegasnya.

Diketahui, pemerintah berencana memvaksinasi 181,5 juta penduduk untuk mewujudkan kekebalan komunal terhadap COVID-19.

Vaksinasi gelombang pertama dilaksanakan Januari hingga April 2021 dengan sasaran 1,3 juta petugas kesehatan di 34 provinsi, sebanyak 17,4 juta petugas publik, dan 21,5 juta warga lanjut usia.

Vaksinasi gelombang kedua akan dilaksanakan pada April 2021 sampai Maret 2022 dengan target 63,9 juta warga di daerah dengan risiko penularan tinggi dan 77,4 juta anggota masyarakat lain dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

Pemerintah sudah mengonfirmasi pemesanan 329,5 juta dosis vaksin COVID-19 dari beberapa produsen vaksin, termasuk perusahaan farmasi Tiongkok, Sinovac; produsen vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax; perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca; serta perusahaan farmasi Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech.