JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi COVID-19 telah memukul banyak industri. Sejumlah industri yang mengalami pukulan sangat parah di antaranya manufaktur, transportasi, perhotelan hingga sektor minyak dan gas bumi (migas).
"Indonesia saat ini juga sedang berjuang untuk memulihkan perekonomian di berbagai sektor. Pukulan paling parah akibat COVID-19 tentunya berkaitan dengan sektor transportasi, perdagangan, serta di hotel dan restoran. Kami juga melihat penurunan yang sangat signifikan di sektor manufaktur," katanya, dalam acara 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas, Rabu, 2 Desember.
Tak hanya itu, kata Sri Mulyani, sektor pertambangan termasuk migas juga mengalami pukulan sangat parah. Sri berujar, pandemi membuat permintaan menurun sangat signifikan secara global, dan perangkat pasokan juga mendapat tekanan oleh banyak faktor.
Sri Mulyani berujar, mengenai harga minyak pihaknya melihat perubahan dan ketidaktetapan yang dramatis selama pandemi ini. Bahkan di beberapa titik, harga minyak negatif selama dua hari. Hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini menunjukkan betapa menantang dan luar biasanya situasi yang sedang kita hadapi ini, termasuk dalam industri minyak dan gas," tuturnya.
Menurut Sri Mulyani, hal ini perlu mendapat perhatian. Karena, sektor migas sudah berjuang cukup lama bahkan sejak dirinya menjadi menteri keuangan di periode sebelumnya.
"Sektor migas sebenarnya telah berjuang cukup lama. Saya pernah menjabat sebagai menteri keuangan sekitar 10 atau 15 tahun yang lalu, dan waktu itu, pembahasan penurunan produksi migas pun sudah terjadi," ujarnya.
Bendahara negara ini mengatakan, ada beberapa hal yang benar-benar perlu ditangani agar dapat meningkatkan tingkat produksi atau lifting, baik di bidang minyak maupun gas. Pertama, tentunya harus ada kebijakan yang tepat terkait bagaimana akan mendorong eksplorasi.
"Karena mengandalkan produksi yang ada, yang semuanya telah menurun karena usia alaminya, akan menjadi sesuatu yang tidak bisa kita gunakan sebagai pendekatan. Maka dari itu, kami perlu mempersiapkan strategi baru," jelasnya.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, ia menegaskan, untuk produksi yang sudah ada, pihaknya akan benar-benar memastikan bahwa akan ada efisiensi, mengingat perubahan yang tidak tetap dari harga minyak dan gas. Namun di saat yang sama, pemerintah juga ingin mendorong SKK Migas serta industri untuk terus melakukan eksplorasi.
"Memang tidak mudah, apalagi dengan proyeksi harga minyak yang juga belum pulih dengan cepat. Tapi eksplorasi ini bisa dilakukan dengan teknologi serta dukungan pemerintah," ucapnya.
Kedua, kata Sri Mulyani, pemerintah juga menggunakan semua instrumen agar dapat mendukung setiap industri secara signifikan. Khususnya untuk sektor migas, dirinya yakin bahwa Kementerian Energi telah meluncurkan dua opsi untuk Anda jelajahi, yaitu apakah akan menggunakan cost recovery (biaya pemulihan) atau gross split (bagi hasil).
"Ini adalah pilihan yang bisa diberikan dan nantinya akan tergantung dari industri itu sendiri untuk memilih mana yang lebih cocok untuk Anda," jelasnya.
Sri Mulyani juga mengatakan, melalui UU Cipta Kerja pemerintah memangkas pajak badan usaha. Selain itu, pihaknya juga menggunakan perangkat fiskal agar dapat mendukung seluruh siklus bisnis industri migas, mulai dari eksplorasi hingga produksi.
"Insentif yang diberikan dari fiskal yaitu termasuk pengurangan pajak penghasilan yang akan kami turunkan dari 25 persen menjadi 22 persen atau 20 persen dalam dua tahun ke depan. Hal ini juga telah dituangkan dalam UU Cipta Kerja," katanya.