Bagikan:

JAKARTA - Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito menyampaikan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia relatif stabil sejak Maret 2022.

"Di Indonesia kondisi COVID-19 sudah stabil sejak puncak terakhir di bulan Maret akibat varian omicron, sempat mengalami kenaikan di bulan Agustus namun angkanya tidak signifikan," ujarnya dalam konferensi pers dikutip ANTARA, Kamis, 22 September.

Dia mengemukakan kasus aktif dan positivity rate juga terus mengalami penurunan dengan tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) nasional yang stabil di angka lima persen.

Namun, lanjut dia, kasus kematian masih perlu untuk segera ditekan karena saat ini masih mencatatkan lebih dari 100 kematian dalam satu pekan.

"Angka tersebut terbilang cukup banyak karena kematian tidak hanya sekedar angka namun berarti nyawa," tuturnya.

Karena itu, Wiku menekankan kesiapan Indonesia dalam mengakhiri pandemi dan memulai transisi ke endemi perlu didukung kuat dari kesadaran masyarakat, selain kesiapan pemerintah daerah.

"Kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya dan orang lain dapat terefleksi dari cakupan vaksinasi COVID-19, khususnya dosis ketiga," katanya.

Sayangnya, Wiku mengatakan program vaksinasi booster pada awal tahun menuju akhir tahun ini cakupannya baru sebesar 26 persen.

Dia mengatakan pengaturan wajib booster yang dikeluarkan tanggal 26 Agustus 2022 juga belum mampu menaikkan cakupan vaksinasi booster secara signifikan, ditandai dari kenaikan cakupan yang kurang dari satu persen.

"Meskipun sudah diberlakukan penegakan aturan wajib booster untuk bepergian dan memasuki tempat umum, nyatanya kenaikan angka cakupan vaksinasi booster belum signifikan," ujarnya.

Data Satgas COVID-19 yang diterima di Jakarta Kamis mencatat jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin COVID-19 mencapai total 62.968.993 orang atau 26,83 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19, sebanyak 234.666.020 juta orang.

"Kesimpulannya kita perlu berhati-hati dalam memaknai akhir pandemi, kita perlu melihat perspektif yang lebih luas dan lebih dalam dari aspek kesiapan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintahnya untuk bersama-sama bertanggung jawab mencegah terjadinya kenaikan kasus di kemudian hari," tutur Wiku.