Bagikan:

JAKARTA - Politisi terkemuka yang juga mantan Perdana Menteri Sudan Sadiq al-Mahdi meninggal. Sadiq dikabarkan meninggal karena infeksi virus corona.

Sadiq sempat menjalani perawatan selama tiga pekan di sebuah rumah sakit di Uni Emirat Arab (UEA). Kabar meninggalnya Sadiq diumumkan keluarga dan partainya, Kamis, 26 November.

Pria yang meninggal di usia 84 tahun adalah perdana menteri terakhir yang dipilih secara demokratis di Sudan. Ia digulingkan pada 1989 lewat kudeta militer yang membawa mantan Presiden, Omar al-Bashir ke tampuk kekuasaan.

Sadiq memimpin Partai Umma Islam yang moderat dan tetap menjadi tokoh berpengaruh, bahkan setelah Bashir digulingkan pada April 2019. Pada Oktober, keluarga mengatakan Sadiq positif COVID-19.

Sadiq kemudian dipindahkan ke UEA untuk menjalani perawatan beberapa hari kemudian, setelah dirawat di rumah sakit di Sudan. Beberapa anggota keluarga dan pejabat partai terkemuka juga positif COVID-19.

Sadiq kembali ke Sudan pada Desember 2018 setelah mengasingkan diri selama setahun, tepat ketika protes atas memburuknya kondisi ekonomi dan pemerintahan Bashir memanas. Putrinya, Mariam Sadiq al-Mahdi, wakil pemimpin Partai Umma, termasuk di antara mereka yang ditahan selama demonstrasi.

Setelah militer memaksa Bashir turun dari kekuasaan, Sadiq mendorong perubahan ke pemerintahan sipil. Dalam wawancara dengan Reuters, ia memperingatkan tentang risiko kudeta balasan dan menyerukan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter yang kuat untuk diintegrasikan.

Pemerintah Sudan menangkap Mahdi pada 2014 dan menuduhnya bersekongkol dengan pemberontak bersenjata, tuduhan yang dapat diganjar dengan hukuman mati, membuatnya mencari perlindungan di Kairo.