JAKARTA - Komisi HAM Ethiopia menyebut kelompok pemuda di Tigray telah membunuh sedikitnya enam ratus warga sipil. Para warga sipil itu ditikam, dicekik, serta dipukuli. Kelompok itu bersekongkol dengan polisi dan milisi.
Kelompok pemuda itu konon bersekongkol dengan pasukan keamanan setempat selama pembantaian di Kota Mai Kadra. Serangan 9 November, misalnya, yang menurut komisi sengaja menargetkan penduduk sipil non-Tigray.
Reuters berupaya memverifikasi laporan itu namun terkendala jaringan telepon dan internet yang terputus ke kawasan tersebut. Selain itu otoritas juga diketahui mengontrol ketat akses internet.
Pemimpin pasukan Tigray tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Namun, sebelumnya mereka menolak bertanggung jawab atas pembantaian tersebut.
Menurut laporan, serangan dilakukan terhadap penduduk Mai Kadra dari kelompok etnik Amhara dan Wolkait. Komisi menyebut serangan itu "pembantaian."
Kota Mai Kadra terletak di sebelah barat daya Tigray di utara Ethiopia. Di wilayah tersebut pasukan pemerintah federal baku hantam dengan pasukan Tigray dalam perang tiga pekan. Perang yang menewaskan ratusan orang itu turut memunculkan kekhawatiran global.
BACA JUGA:
Dalam laporan yang disampaikan komisi, disebutkan bahwa pada pagi hari, di mana serangan berlangsung polisi setempat mulai memeriksa kartu identitas penduduk guna "membedakan warga non-Tigray yang berasal dari tempat lain."
Sore harinya, sekelompok pemuda yang bernama "Samri" bersama dengan anggota milisi dan polisi setempat mendatangi sebuah daerah di kota tersebut. Daerah yang sebagian besar dihuni penduduk non-Tigray.
Serangan diawali dengan eksekusi terhadap seorang petani Amhara. Petani itu tewas di depan keluarganya. Setelahnya, kelompok pembunuh itu membakar rumah. Jasad sang petani ikut dilemparkan ke api, bunyi laporan tersebut, yang mengutip wawancara dengan istri korban dan saksi mata.