26.025 Anak-anak Tewas atau Cacat Akibat Perang di Afghanistan
Ilustrasi perang di Afghanistan (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi nirlaba internasional Save The Children mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ada 26.025 anak-anak yang tewas atau mati sejak 2005 akibat perang di Afghanistan. LSM tersebut mendesak negara-negara pendonor untuk melindungi masa depan anak-anak Afghanistan menjelang pertemuan penting di Jenewa, Swiss.

Kekerasan telah meningkat di Afghanistan di tengah pembicaraan damai yang macet dan penarikan pasukan Amerika Serikat (AS). Afghanistan adalah salah satu dari 11 negara paling berbahaya di dunia untuk anak-anak, menurut Save the Children.

Menurut BBC, 2019 adalah tahun terburuk karena memiliki jumlah pembunuhan anak-anak. Save the Children menyampaikan bahwa terdapat 874 anak-anak di Afghanistan yang tewas dan 2.275 cacat akibat perang. 

Lebih dari dua pertiga dari mereka yang tewas adalah anak laki-laki. Mereka tewas akibat dari pertempuran darat antara pasukan pro dan anti-pemerintah atau alat peledak rakitan dalam serangan bunuh diri dan non-bunuh diri. 

Laporan itu juga menunjukkan bahwa sekolah-sekolah secara rutin diserang dalam konflik yang sedang berlangsung yang mengadu domba pemerintah Afghanistan, didukung oleh pasukan AS, melawan Taliban dan pemberontak lainnya. Save the Children mengatakan bahwa antara 2017 dan 2019 ada lebih dari 300 serangan terhadap sekolah.

"Bayangkan hidup dengan ketakutan terus-menerus bahwa hari ini mungkin adalah hari di mana anak Anda terbunuh dalam serangan bunuh diri atau serangan udara. Ini adalah kenyataan yang suram bagi puluhan ribu orang tua Afghanistan yang anaknya telah terbunuh atau terluka," kata Chris Nyamandi, Direktur Save the Children di Afghanistan, dalam sebuah pernyataan.

Menjelang Konferensi Afghanistan 2020, pertemuan internasional yang akan berlangsung di Jenewa, badan amal tersebut mendesak negara-negara donor untuk menjaga masa depan anak-anak Afghanistan dengan peningkatan dana kemanusiaan.  Nyamandi juga meminta pemerintah Inggris untuk berkomitmen dan sekutunya untuk menghindari penggunaan senjata peledak di daerah berpenduduk.

Sejak 2001

Pasukan AS telah berada di negara itu sejak 2001 dalam operasi untuk menggulingkan Taliban setelah serangan 9/11 yang mematikan di New York. Taliban digulingkan dari kekuasaan tetapi kemudian berkumpul kembali dan sekarang mengendalikan lebih banyak. 

Pada Februari, AS mulai menarik pasukannya setelah menandatangani perjanjian penting dengan pemberontak. Tetapi kekerasan di negara itu kembali meningkat ketika Taliban meningkatkan serangannya di tengah negosiasi yang macet dengan pemerintah Afghanistan.

Pada akhir pekan, serangan roket mematikan di Kabul menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai lebih dari 30 orang. Banyak pengamat telah memperingatkan bahwa tentara Afghanistan tidak cukup kuat untuk melawan pemberontakan sendirian setelah pasukan asing ditarik. 

Tetapi pekan lalu AS mengumumkan penarikan pasukan lebih lanjut. AS mengatakan akan menarik 2.000 tentara dari Afghanistan pada pertengahan Januari, meninggalkan sekitar 2.500 tentara di negara itu.