Program Rumah China: Harga Murah Tapi Sulit Ibadah
Illustrasi (Connor Brubaker/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - China telah menyediakan rumah baru untuk lebih dari 9,6 juta orang dalam lima tahun terakhir. Berbagai keuntungan mulai dari harganya yang murah dan beragam fasilitas bisa mereka dapatkan dalam program Pemerintah China untuk mengentaskan kemiskinan ini. Tapi sayangnya, program ini dianggap masih menyisakan masalah, salah satunya terkait tak tersedianya tempat ibadah.

Program pengentasan kemiskinan parah China memang tak tanggung. Mereka bukan hanya membangun perumahan, namun juga membentuk sebuah ekosistem baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan warganya.

Wakil Menteri Urusan Sipil, Wang Aiwen mengatakan 35.000 komunitas yang menyediakan rumah, sekolah, pekerjaan, dan layanan medis telah dibentuk untuk mengakomodir warganya. "Ini adalah konrtibusi kami untuk upaya global memberantas kemiskinan," kata Aiwen dalam konferensi pers yang dikutip South China Morning Post, hari ini, 9 November. 

Aiwen mengatakan saat ini negaranya telah memasuki babak baru untuk memberikan dukungan kepada masyarakatnya yang telah direlokasi. "Secara khusus, ada dua pertanyaan penting: dapatkah kita memastikan program tersebut berkelanjutan, dan akankah ini membuat orang menjadi kaya?" kata Aiwen.

Pemerintah China menargetkan tahun 2020 ini sebagai tenggat waktu untuk menghilangkan kemiskinan parah di seluruh negaranya. Untuk mewujudkannya, pemerintah Tingkok telah menggelontorkan anggaran jumbo lebih dari 600 miliar yuan atau hampir 1,3 kuadriliun rupiah.

Untuk mendapatkan rumah baru itu, masyarakat hanya perlu membayar sekitar 10.000 yuan atau jika dirupiahkan menjadi sekitar Rp21.334.553. Penetapan harga murah, membuat para pejabat Partai Komunis lebih mudah membujuk orang untuk pindah.

Program ini memang terbukti manjur mengurangi kemiskinan. Menurut World Bank, lebih dari 850 juta orang telah terangkat dari kemiskinan parah. Sementara tingkat kemiskinan negara juga turun dari 88 persen pada 1981 menjadi kurang dari 1 persen pada 2015. 

Kunci dari keberhasilan pengentasan kemiskinan tak cukup hanya dengan menyediakan rumah. Sun Guangxuan, seorang pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional yang terlibat dalam program tersebut mengatakan elemen kunci dari fase selanjutnya setelah menyediakan rumah yakni memberikan pelatihan bagi orang-orang untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan di komunitas baru mereka. 

Selain itu Guangxuan bilang Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China memberikan pelatihan kerja di komunitas yang terdiri dari 800 orang atau lebih. Mereka juga telah menugaskan tim untuk membantu orang-orang mendapatkan pekerjaan.

Menyisakan masalah

Meski mendapat seabrek keuntungan, namun program pengentasan kemiskinan parah ini tak luput dari masalah. Akademisi Universitas Pertanian China, Kong Deji mengatakan banyak orang berjuang untuk beradaptasi saat direlokasi. 

"Di Yunnan, ada orang yang merasa sangat tidak nyaman di rumah baru mereka karena mereka tak bisa membuat daging asap. Mereka lebih suka kembali ke rumah lama mereka yang hancur," kata Deji.

Senada dengan Deji, Wakil Kepala Pusat Penelitian dan Revitalisasi Pedesaan dari Universitas Arsitektur dan Teknologi Xian, Li Bo, mengatakan relokasi bisa saja menjadi masalah untuk beberapa keluarga. "Mereka merasa rumah susun baru kurang nyaman dibandingkan dengan rumah pedesaan mereka, tetapi tidak ada jalan untuk kembali karena rumah lama mereka telah dibongkar,” ujarnya.

Masalah lainnya dari proses relokasi ini adalah ada warga yang mengalami kesulitan untuk beribadah. Seperti diketahui, kebanyakan warga yang direlokasi adalah kelompok etnis minoritas dari Tibet, Qinghai, dan Xinjiang yang beragama Islam dan Buddha.

Hal itu diungkapkan oleh seorang antropolog asal Beijing yang meminta namanya dirahasiakan. Kepada SCMP ia mengatakan memenuhi kebutuhan agama orang-orang yang direlokasi menjadi masalah sensitif di sana.

"Saya pernah mengunjungi beberapa keluarga yang telah dipindahkan ke rumah baru mereka yang indah, bahkan ada kebun anggur dan halaman untuk beternak. Tetapi, tidak ada tempat bagi mereka untuk beribadah," kata dia kepada SCMP.