Berada di Masa Resesi, Ini Kondisi Perekonomian Indonesia Menurut Airlangga Hartarto
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (Foto: Kemenko Perekonomian)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia telah resmi masuk ke jarang resesi. Hal ini karena pertumbuhan ekonomi Tanah Air minus dua kuartal berturut-turut yaitu kuartal II negatif 5,32 persen dan kuartal III negatif 3,49 persen. Bagaimana dengan kuartal IV?

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah memproyeksikan pada kuartal akhir tahun ini ekonomi Indonesia masih bisa minus. Meski begitu tak menutup kemungkinan untuk tumbuh positif.

"Kalau kita lihat dampak (pandemi COVID-19) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi di kuartal II 5,32 persen. Namun di kuartal III ada tren positif, minus 3,49 persen dan kita berharap di kuartal IV antara minus 1,6-1,7 persen sampai dengan positif 0,6 persen," tuturnya, dalam acara webinar, Selasa, 17 November.

Airlangga berujar, konsumsi pemerintah menjadi driver untuk kenaikan di kuartal ketiga yaitu 9,8 persen. Sedangkan berbagai sektor lain relatif rendah. Hal ini juga bisa menolong perekonomian di kuartal IV.

Lebih lanjut, ia mengatakan, beberapa sektor pengungkit pertumbuhan adalah real estate hingga jasa kesehatan.

"Kalau kita lihat sektor pengungkit di sektor yaitu mulai dari real estate, pertanian, pendidikan, utilitas air, informasi dan komunikasi, serta jasa kesehatan yang menjadi pengungkit agar ekonomi kita bisa tumbuh," ucapnya.

Sebelumnya, ekonom Chatib Basri memperkirakan ekonomi Indonesia akan pulih mulai tahun 2022. Namun, perkiraan ini sangat dipengaruhi dengan bagaimana pemerintah dapat mengatasi persoalan pandemi COVID-19 di Tanah Air.

"Dugaan saya kalau bikin hitungan sederhana soal vaksin dan macam-macam ekonomi kita baru normal itu di 2022. Di situ lah baru kita bisa bicara ekspansi, investasi swasta dan macam-macam," tuturnya, dalam diskusi virtual, Senin, 9 November.

Saat ini, kata Chatib, ekonomi Indonesia masih berada di fase survival atau bertahan, meski pertumbuhan ekonomi sudah mulai menunjukkan perbaikan dari kuartal II yang mencapai kontraksi 5,32 persen menjadi kontraksi 3,49 persen pada kuartal III-2020.

Lebih lanjut, Chatib mengatakan, saat pandemi sudah bisa diatasi baru dapat bicara mengenai recovery atau pemulihan. Saat ini, belum ada tanda bahwa ekonomi Indonesia mengarah pada pemulihan.