Bagikan:

JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengapresiasi sejumlah lembaga yang memberi penilaian terhadap lembaganya. Dia menegaskan tak alergi terhadap hasil survei.

Hal ini disampaikan untuk menanggapi hasil survei Litbang Kompas yang menyatakan citra komisi antirasuah berada di angka 57 persen atau terendah selama lima tahun belakangan.

Survei ini dilakukan melalui wawancara telepon oleh Litbang Kompas pada 19-21 Juli. Ada 502 responden berusia minimal 17 tahun dari 34 provinsi yang diwawancara.

"Kami berterima kasih kepada rekan-rekan yang melakukan survei. Sama halnya dengan pihak-pihak yang melakukan gugatan praperadilan, kita tidak alergi. Itu bagus karena salah satu alat kontrol untuk menguji, mengawasi kerja-kerja KPK," kata Firli di Jakarta, Selasa, 9 Agustus.

Dirinya juga mengatakan tak ada yang salah dengan kegiatan jajak pendapat. Tapi, survei ini biasanya terpengaruh dengan waktu pelaksanaannya.

Firli mencontohkan, misalnya survei dilakukan setelah kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terjadi maka yang terjadi pemerintah akan dianggap tidak pro rakyat. Begitu juga sebaliknya.

Sehingga, KPK lebih meyakini hasil Survei Penilaian Integritas (SPI). Penyebabnya, peserta atau respondennya lebih banyak.

"Jumlah respondennya (SPI, red) 255.010. Ini terbesar. Kalau survei elektabilitas kemarin saya baca tuh hanya 1.200 orang tapi itu. Survei yang begitu ya kita terima, enggak ada yang protes," ungkap Firli.

Tak hanya itu, dia juga melihat banyak survei yang punya tema serupa tapi hasilnya berbeda. Alhasil, eks Deputi Penindakan KPK itu tak mau ambil pusing dan memilih mengambil hasil jajak pendapat itu sebagai masukan dan melakukan kajian.

"Surveinya berbeda, hasilnya berbeda bisa terjadi. Jadi KPK tidak pernah membantah menolak hasil survei. Itu kita gunakan sebagai masukan," pungkas Firli.