Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik dari Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi menganggap bahwa ajakan rekonsiliasi antara pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab kepada pemerintah hanyalah gimmick atau omong belaka.

Burhan menganggap, pernyataan rekonsiliasi dengan sejumlah persyaratan tersebut hanya sebatas memberi gambaran bahwa tokoh yang berseberangan dengan pemerintah masih punya tujuan yang sama yakni membangun Indonesia.

"Saya kira ucapan rekonsiliasi itu cuma gimik ketimbang realitas faktual. Rekonsiliasi memang penting. Siapapun harus membuat gesture untuk memberi sinyal positif bahwa Betapapun berbeda, mereka punya mimpi yang sama tentang Indonesia," kata Burhanuddin dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Forum Jurnalis Politik (FJP), Minggu, 15 November.

Lagipula, jika nantinya Rizieq dan pemerintah duduk bersama menurunkan tensi politik mereka, hal itu bukan berarti mampu menyamakan sikap politik kedua belah pihak.

"Rekonsiliasi secara simbolik mungkin bisa ditunjukkan, sah-sah saja supaya tensi politik bisa mereda di tingkat bawah, tetapi tidak akan bisa menyelesaikan perbedaan yang tajam, minimal sampai era pak Jokowi selesai di 2024 nanti," tutur Burhanuddin.

"Ini culture war (perang budaya) yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan makan bersama atau foto bersama. Tapi, ini juga jadi bagian dari keragaman kita sebagai bangsa," lanjut dia.

Sebagai informasi, Lewat tayangan Front TV, Rizieq mengaku siap melaksanakan rekonsiliasi dengan pemerintah. Namun ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah dengan membebaskan beberapa tahanan polisi.

"Ada teriak-teriak rekonsiliasi, mana mungkin rekonsiliasi bisa digelar kalau pintu dialog tidak dibuka. Buka dulu pintu dialognya, baru rekonsiliasi. Tak ada rekonsiliasi tanpa dialog, dialog penting," kata Rizieq seperti disiarkan kanal YouTube Front TV, Rabu, 11 September.

Melalui rekonsiliasi ini, Rizieq juga mengaku siap memberikan solusi terbaik bagi permasalahan negara yang saat ini sedang menimpa umat, bangsa dan negara, serta pejabat dan masyarakat.

Dirinya bahkan mengatakan, pemerintah tinggal menyiapkan waktu dan tempat untuk memulai dialog mempersiapkan rekonsiliasi tersebut, asal pemerintah membebaskan beberapa tahanan.

"Bebaskan ustad Abu Bakar Baasyir yang saat ini sudah sepuh, lalu Bahar bin Smith, Doktor Syahganda Nainggolan, Anton Permana, Jumhur Hidayat. Bebaskan buruh, mahasiswa, pendemo, pelajar yang masih memenuhi tahanan dan tunjukkan niat baik," tuturnya.