Rizieq Shihab Bicara Soal Ketidakadilan dan Potensi Terjadinya Revolusi Berdarah di Indonesia
Rizieq Shihab saat berorasi di kediamannya (Foto: Irfan Meidianto)

Bagikan:

JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab menyebut ketidakadilan yang terjadi di tengah masyarakat bisa menjadi bom waktu yang bisa meledak setiap saat. Rizieq Shihab meminta pemerintah dan aparat penegak hukum menyikapi hal ini dengan serius.

"Enggak boleh ini dibiarkan, enggak boleh. Ini bisa menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak. Kalau Anda tidak mau ada revolusi berdarah, kalau tidak mau ada revolusi sosial ya perbaiki," kata Rizieq dalam video yang ditayangkan di YouTube Front TV, Kamis, 12 November.

Rizieq menilai, saat ini banyak terjadi ketidakadilan di tengah masyarakat. Salah satunya adalah banyaknya kriminalisasi ulama tapi di satu sisi mereka yang dianggapnya menista agama Islam dan ulama masih bebas berkeliaran tanpa ada proses hukum yang jelas.

Dia bahkan menjadikan dirinya sendiri sebagai salah satu contoh bagaimana ulama dikriminalisasi. "Ini saya belum apa-apa, belum pulang saja (dibilang, red), 'nanti Habib Rizieq akan kita buka lagi kasusnya'. Wah, ini apa-apaan. Sudahlah jangan buka kasus yang ada," tegasnya.

"Itu kasus yang dilaporkan masyarakat, penistaan agama, ulama kau enggak periksa dulu. Itu Denny Siregar, Ade Armando kenapa kau biarkan. Kenapa Abu Janda kau biarkan. Guntur Romli kau biarkan. Tegakkan keadilan, siapapun yang salah proses," imbuhnya.

Dia mengatakan, hal ini tak boleh terus menerus terjadi. Kelompok yang berseberangan dengan pemerintah, sambungnya, tidak boleh kemudian dicari-cari kesalahannya dan diproses hukum.

Lebih lanjut, Rizieq meminta agar kriminalisasi ulama harus segera dihentikan oleh pemerintah. Selain itu, dia meminta sejumlah ulama yang kini tengah mendekam di tahanan untuk bisa dibebaskan. Jika hal ini dilakukan oleh pemerintah, maka Rizieq dan para ulama akan siap melakukan dialog untuk rekonsiliasi dengan pemerintah.

"Saya setuju, kita siap kapan saja (dialog, red) tapi setop dulu kriminalisasi ulamanya. Setop dulu kriminalisasi aktivisnya, tunjukkan niat baik. Kalau mau dialog, mau rekonsiliasi, ahlan wa sahlan. kita siap dialog, kita siap damai, kita siap hidup tanpa kegaduhan. Tapi bebaskan para ulama kita, para habib kita, bebaskan tokoh kita. Masih banyak ulama kita yang menderita di penjara," ungkapnya.

"Bebaskan Ustaz Abu Bakar Ba'asyir yang sudah sepuh, bebaskan Habib Bahar bin Smith yang dizalimi, bebaskan Doktor Syahganda Nainggolan, bebaskan Bapak Anton Permana, bebaskan Jumhur Hidayat. Bebaskan dulu, bebaskan dulu mereka, bebaskan dulu buruh, bebaskan mahasiswa, bebaskan pendemo, bebaskan pelajar yang sampai saat ini memenuhi ruang-ruang tahanan. Bebaskan dulu mereka," imbuhnya.

Selain itu, jika dialog terjadi, dia meminta hal ini dilakukan dua arah. "Sampaikan apa yang pemerintah mau, apa yang dimau dari para habib dan ulama. Sampaikan nanti kami dengar. Anda mau bicara tiga jam, empat jam, lima jam, 12 jam kami siap dengar. Tapi setelah anda bicara dengarkan juga kita bicara," pungkasnya.