Gawat! Abrasi Ancam 700 Rumah di Agam Sumbar, Pemkab Kirim Surat ke Pusat Minta Bantuan
Wakil Bupati Agam Irwan Fikri (dua dari kiri) sedang meninjau abrasi di Labuhan, Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara (ANTARA)

Bagikan:

AGAM - Wakil Bupati Agam, Sumatera Barat Irwan Fikri mengatakan abrasi yang mengancam 700 unit rumah di Jorong Muaro Putih dan Labuhan, Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjungmutiara butuh penanganan segera dari pemerintah pusat. Saat ini jarak bibir pantai ke permukiman tinggal 300 meter.

"Kondisi abrasi butuh penanganan segera dari pemerintah pusat, karena ada sekitar 700 rumah warga yang terdampak dan apabila terlambat maka rumah warga tergerus gelombang pasang," katanya saat melakukan kunjungan ke lokasi abrasi itu, Antara, Rabu, 3 Agustus. 

Kunjungan itu didampingi Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam Rosva Deswira, Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Agam Irman, Camat Tanjungmutiara Hidayattul Taufik, Sekretaris Nagari Tiku Lima Jorong Anaswar dan lainnya.

Ia mengatakan, Pemkab Agam segera menyurati Balai Wilayah Sungai Sumatera V, Dirjen Sumber Daya Air dan Kementerian PUPR, agar Kementerian PUPR untuk secepatnya mencarikan solusi terhadap persoalan abrasi di dua jorong itu.

Ini mengingat biaya pemasangan pemecah ombak cukup besar, sedangkan APBD Agam maupun APBD provinsi tidak siap bangun pemecah ombak itu.

"Pemecah ombak butuh biaya cukup besar, karena 2,5 kilometer bibir pantai harus dipasang pemecah ombak dan ini mendesak akibat pemukiman rumah cukup banyak yang terdampak," katanya.

Dari hasil kunjungan, tambahnya, bibir pantai tergerus gelombang pasang mengakibatkan lahan perkebunan kelapa dan kelapa sawit rusak. Setidaknya dalam satu minggu terakhir sekitar 15 meter daratan habis tergerus gelombang pasang.

"Ini informasi yang saya peroleh dari tokoh masyarakat setempat. Apabila ini dibiarkan, maka satu sampai dua tahun mendatang pemukiman warga akan habis," katanya.

Sementara Sekretaris Nagari Tiku Lima Jorong, Anaswar menambahkan perkampungan masyarakat sudah habis tergerus abrasi pada 2007, sehingga warga mengungsi ke lokasi lebih aman dengan jarak 1,5 kilometer dari bibir pantai.

Dengan sering terjadi abrasi, maka jarak rumah mereka dari bibir pantai hanya 300 meter.

"Abrasi terjadi hampir setiap bulan dan terparah satu minggu lalu sekitar 15 meter. Kami telah melaporkan kondisi ini ke Bupati Agam dan mengajukan proposal beberapa kali ke Balai Wilayah Sungai Sumatera V," katanya.