Nilai Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi Disengaja untuk Ganggu China, Menlu Rusia: Saya Tidak Melihat Alasan Lain
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen saat menerima kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi. (Twitter/@iingwen)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, adalah upaya yang disengaja untuk mengganggu China.

Berbicara dalam sebuah kunjungan ke Myanmar, Lavrov mengkritik Amerika Serikat dan mengatakan bahwa mereka bertindak dengan impunitas.

"Saya tidak melihat alasan lain untuk membuat gangguan seperti itu hampir tiba-tiba, mengetahui dengan baik apa artinya bagi Republik Rakyat China," kata Menlu Lavrov, melansir Reuters 3 Agustus.

Kedatangan Pelosi pada Hari Selasa di Taiwan memicu tanggapan marah dari Beijing, pada saat ketegangan internasional sudah meningkat oleh konflik di Ukraina.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri China mengatakan telah mengajukan protes keras kepada Amerika Serikat, dengan mengatakan kunjungan Pelosi sangat merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, "memiliki dampak yang parah pada landasan politik hubungan China-AS, dan secara serius melanggar kedaulatan dan integritas teritorial China.

Itu diikuti dengan pesawat-pesawat tempur China mendengung di garis yang membelah Selat Taiwan sebelum kedatangannya. Militer China telah disiagakan tinggi dan akan meluncurkan "operasi militer yang ditargetkan" sebagai tanggapan atas kunjungan Pelosi, kata Kementerian Pertahanan.

Tak hanya itu, militer China mengumumkan latihan udara dan laut bersama di dekat Taiwan mulai Selasa malam dan menguji peluncuran rudal konvensional di laut timur Taiwan, dengan kantor berita negara China Xinhua menjelaskan latihan tembakan langsung dan latihan lain di sekitar Taiwan dari Kamis hingga Minggu.

Diketahui, Rusia telah menyatakan dukungannya terhadap China, menjalin kemitraan yang kuat dalam beberapa tahun terakhir dan telah memperingatkan Washington, kunjungan Pelosi menempatkannya pada jalur bentrokan dengan Beijing.

Moskow dan Beijing sama-sama menganut prinsip 'Satu China', mengakui Taiwan sebagai bagian dari China dan menentang kemerdekaan pulau itu.