Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memerintahkan militer negara itu untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban, setelah pengunjuk rasa menyebu kantornya pada Hari Rabu.

Wickremesinghe telah ditunjuk sebagai penjabat presiden oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang telah meninggalkan negara itu.

Tetapi, keputusan untuk membiarkannya bertanggung jawab memicu protes lebih lanjut yang menuntut agar perdana menteri juga harus turun. Diketahui, Sri Lanka telah menderita krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.

Banyak yang menyalahkan pemerintahan Rajapaksa atas krisis tersebut dan melihat Wickremesinghe, yang menjadi perdana menteri pada Mei, sebagai bagian dari masalah.

Pada Hari Rabu, untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari seminggu, pengunjuk rasa masuk ke gedung negara yang sangat aman. Kali ini adalah kantor perdana menteri.

Mengulang adegan sebelumnya selama akhir pekan di kediaman resmi presiden yang diduduki, orang-orang di kantor perdana menteri duduk-duduk di sofa mewah mengambil foto, sementara yang lain berdiri di kursi dan meja sambil mengibarkan bendera Sri Lanka.

Dalam pidato televisi, Wickremesinghe meminta para pengunjuk rasa untuk meninggalkan kantornya yang diduduki dan gedung-gedung negara lainnya, bekerja sama dengan pihak berwenang.

"Kita tidak bisa merobek konstitusi kita. Kita tidak bisa membiarkan fasis mengambil alih. Kita harus mengakhiri ancaman fasis terhadap demokrasi ini," katanya, melansir BBC 14 Juli.

ranil wickremesinghe
PM Ranil. (Wikimedia Commons/Vikalpa/Groundviews/Maatram/CPA)

Tetapi, ditanya apakah pernyataan perdana menteri merupakan indikasi bahwa tentara mungkin mengambil alih, seorang pengacara hak asasi manusia di Kolombo, Bhavani Fonseka, mengatakan kepada BBC World at One, Sri Lanka "tidak memiliki sejarah di mana militer telah memainkan peran aktif dalam politik atau pemerintahan, tidak seperti beberapa negara lain di sekitarnya.

"Kami memiliki demokrasi yang sangat kuat dan telah dipilih perwakilan dalam peran itu. Tetapi kami juga berada dalam situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, jadi segala sesuatu mungkin terjadi," jelasnya.

Di luar kantor presiden, wartawan BBC Tessa Wong mengatakan tentara bersenjata berdiri diam menyaksikan para pengunjuk rasa merayakan di dalam kantor. Dan para demonstran mengabaikan seruan perdana menteri agar kantor dikosongkan.

"Tujuan kami adalah agar (Presiden) Gota turun. Dan Ranil serta anggota kabinet lainnya turun," kata seorang pengunjuk rasa di kantor perdana menteri, Nixon Chandranathan, kepada BBC.

"Kami membutuhkan pemimpin yang jujur ​​dan jujur ​​untuk membangun Sri Lanka sekarang," lanjutnya.

"Kami merasa bangga," Satish Bee, seorang pengusaha yang datang untuk menjelajahi kompleks itu setelah diserbu kepada AFP.

"Tidak ada pemerintahan yang tepat di negara ini. Tidak pernah baik. Anak-anak muda, mereka tidak ingin terus seperti ini," tukasnya.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa diperkirakan akan menuju ke Singapura setelah melarikan diri ke Maladewa pada Rabu dini hari. Sumber pemerintah di Sri Lanka mengatakan kepada Reuters.

Sumber tersebut, yang menolak disebutkan namanya karena sensitifnya masalah tersebut, mengatakan Rajapaksa akan mengirimkan surat pengunduran dirinya kepada ketua parlemen Sri Lanka setelah mendarat di Singapura, Rabu 13 Juli.

Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan Sri Lanka subuh-subuh naik pesawat militer AU. Gotabaya Rajapaksa padahal sudah berniat mundur akibat demo besar-besaran.

Rajapaksa berangkat dengan pesawat Angkatan Udara ke Maladewa sekitar pukul 2 pagi waktu setempat, kata Kolonel Nalin Herath, juru bicara kementerian pertahanan Sri Lanka. Tiga pejabat imigrasi, yang menolak disebutkan namanya karena situasi politik, membenarkan kepergiannya juga seperti dikutip dari The New York Times.