Bagikan:

JAKARTA - Pada 3 Maret 2009, sebanyak 14 pria bersenjata berat dan mengenakan topeng melancarkan serangan yang berani terhadap tim kriket Sri Lanka yang berkunjung ke Lahore, Pakistan. Serangan tersebut menewaskan enam polisi dan melukai tujuh pemain dan ofisial.

Empat belas orang-orang bersenjata melepaskan tembakan dengan AK47 dan granat ke bus tim Sri Lanka saat melaju ke Stadion Gaddafi. Sopir salah satu bus dalam konvoi tim juga tewas.

Mengutip The Guardian, Rabu, 3 Maret 2021, sebuah rekaman menunjukkan sekilas para penyerang berlari melalui jalan-jalan dengan senapan di tangan mereka, menembak ke arah garis polisi. Sumber polisi mengatakan bahwa semua pria bersenjata melarikan diri setelah meninggalkan ransel mereka yang berisi senjata, amunisi, dan walkie talkie.

Serangan itu terjadi di Gulberg, sebuah area kelas atas di Lahore, sekitar pukul 9 pagi saat tim Sri Lanka menuju stadion untuk pertandingan melawan Pakistan. Orang-orang bersenjata itu mendekat dari empat sisi, beberapa datang dengan becak dan satu mobil.

Salah seorang sopir bus, Mohammad Khalil, mengatakan para gerilyawan menembakkan roket ke kendaraan tetapi meleset. Mereka juga melempar granat ke bawah bus, tapi gagal meledak. Kendaraan yang membawa wasit Simon Taufel dan Steve Davis serta ofisial pertandingan Chris Broad, ayah dari pemain bowling Inggris Stuart, juga diserang.

Habibur Rehman, polisi terkemuka di Kota Lahore, mengatakan baku tembak dengan polisi berlangsung sekitar setengah jam. Tetapi laporan lain menunjukkan bahwa baku hantam terjadi selama 15 menit.

"Karena polisi melindungi mereka (tim Sri Lanka), kami adalah korban utama," kata Rehman. "Mereka (para pria bersenjata) tampak seperti orang-orang terlatih. Keamanan yang diberikan sangat baik," tambah Rehman. 

Tim Sri Lanka lalu segera dievakuasi oleh helikopter tentara militer yang mendarat di tengah lapangan Stadion Gaddafi untuk membawa para pemain ke Bandara Lahore. Tim kriket Pakistan, yang melakukan perjalanan sekitar 15 menit di belakang Sri Lanka, tidak terjebak dalam serangan tersebut.

Gubernur Punjab Salman Taseer, mengatakan: Ini adalah serangan teroris yang direncanakan. Mereka memiliki senjata berat. Ini adalah metode yang sama dan jenis orang yang sama seperti yang terjadi di Mumbai. 

Setelah kejadian, para petugas menutup area tersebut, bersumpah untuk membunuh atau menangkap para teroris. Kepala Kementerian Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik, mengatakan negara itu dalam keadaan perang, seraya berkata "Kami akan mengusir semua teroris dari negara ini."

Dua dari pemain kriket Sri Lanka dirawat di rumah sakit. Thilan Samaraweera mengalami cedera paha dan Tharanga Paranavithana menderita luka di dada. Paul Farbrace, asisten pelatih tim Inggris, miliki luka ringan. Ia menderita luka akibat pecahan peluru di lengan kanannya. Wasit cadangan, Ahsan Raza, yang merupakan warga negara Pakistan, terluka parah.

"Ada beberapa orang yang cedera, tapi semua orang selamat," kata wakil kapten tim kriket Sri Lanka, Kumar Sangakkara. "Kami kaget, tapi selain itu semua orang baik-baik saja."

Sebelumnya serangan serupa terjadi di Mumbai. Sekitar 170 orang tewas ketika gerilyawan melancarkan serangan senjata selama tiga hari di kota itu pada November 2008.

Awal tahun 2009, terjadi penyerangan bersenjata di gedung-gedung pemerintahan di Kota Kabul. Serangan di Lahore kali ini membuat tampak bahwa teroris telah mengadopsi taktik baru, lebih memilih senjata daripada bom bunuh diri.

Juru bicara militer Brigadir Udaya Nanayakkara, mengatakan pihak berwenang tidak percaya serangan itu dilakukan oleh pemberontak separatis Macan Tamil, yang telah berperang selama 25 tahun melawan pemerintah Sri Lanka.

Tim kriket Sri Lanka sempat berhenti mengunjungi Pakistan karena merasa situasi keamanan negara tersebut memburuk. Australia dan India menolak untuk melakukan tur yang direncanakan, pihak Pakistan lalu susah payah memaksa otoritas kriket Sri Lanka untuk melakukan tur ke Pakistan.

SEJARAH HARI INI Lainnya