Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri memastikan kondisi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Sri Lanka dalam kondisi baik, di tengah kondisi internal negara itu yang dinamis akibat unjuk rasa besar-besar terkait krisis yang terjadi.

Total ada 340 WNI di Sri Lanka, dengan mayoritas berada di wilayah ibu kota Kolombo, kata Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha.

Dikatakan Judha, dari jumlah tersebut, kebanyakan WNI di sana merupakan pekerja migran, dengan mayoritas bergerak di sektor pariwisata dan konstruksi.

"Hingga saat ini, tidak terdapat informasi korban dari WNI atau WNI yang ikut dalam aksi unjuk rasa," jelas Judha dalam keterangan pers virtual Kamis 14 Juli, merujuk pada demonstrasi besar-besaran pada 9 Juli lalu.

Lebih jauh diterangkannya, saat ini kondisi WNI yang bekerja di Sri Lanka mendapatkan jaminan pasokan pangan, akomodasi dan transportasi dari perusahaan yang mempekerjakan mereka.

Kendati demikian, sebagai langkah antisipasi, pihak Kementerian Luar Negeri dan KBRI Kolombo juga melakukan pemutakhiran data, memonitor kondisi WNI dan melakukan koordinasi, serta menjalin komunikasi dengan pemberi kerja.

Dan, sesuai dengan Permenlu No.5 tahun 2018 tentang Pelindungan Warga Negara Indonesia di Luar Negeri, di mana tiap-tiap kantor Perwakilan Republik Indonesia menyiapkan rencana kontingensi. Maka, disiapkan pula rencana-rencana jika terjadi eskalasi, menurut Judha.

Terkait dengan krisis yang melanda Sri Lanka, Kementerian Luar Negeri dan KBRI Kolombo juga telah menyalurkan bantuan, bagi WNI yang benar-benar tidak dapat mengakses kebutuhan hidup.

"Sejak Juni 2022 lalu, kita telah menyampaikan bantuan logistik kepada 13 WNI di Kota Kolombo, dan bantuan finansial untuk tiga orang yang di luar Kolombo, yang terdampak krisis," papar Judha.

Pihak Kementerian Luar Negeri juga mengimbau WNI di Sri Lanka untuk membatasi perjalanan keluar rumah, menghindari kerumunan dan keramaian, serta tidak terlibat langsung maupun tidak langsung unjuk rasa yang terjadi.

Diberitakan sebelumnya, ribuan demonstran menerobos barikade polisi dan menyerbu kediaman resmi Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa, dalam unjuk rasa yang sudah berlangsung beberapa waktu akibat krisis yang melanda.

Setelahnya, demonstran juga menyerbu kantor PM Sri Lanka Ranil Wickremesinghe. Mereka menutut presiden dan perdana menteri mundur dari jabatannya, menghadirkan pemerintahan yang bisa mengatasi krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, membangun kembali Sri Lanka.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa diperkirakan akan menuju ke Singapura setelah melarikan diri ke Maladewa pada Rabu dini hari. Sumber pemerintah di Sri Lanka mengatakan kepada Reuters.

Sementara, Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memerintahkan militer negara itu untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban, setelah pengunjuk rasa menyebu kantornya pada Hari Rabu.