JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper dikabarkan telah menyiapkan surat pengunduran diri. Rencana Esper bukan rahasia di Pentagon. Menurut tiga pejabat pertahanan Esper ingin tetap bekerja selama dia bisa. Namun hubungannya dengan Trump memburuk hingga Esper sadar hal itu tak mungkin dilakukan.
Bukan hal aneh jika ada seorang pejabat kabinet menyiapkan surat pengunduran diri yang tidak bertanggal selama masa transisi presiden. Hal tersebut akan memberi kesempatan bagi panglima tertinggi untuk menggantikannya pada masa jabatan kedua.
Meski demikian, presiden yang memutuskan apakah akan menerima surat pengunduran diri atau tidak. Selain itu, biasanya proses pengunduran diri terjadi setelah hasil pemilu jelas.
Mengutip NBC News, Jumat, 6 November, pejabat pertahanan juga mengatakan Esper menyiapkan suratnya karena dia adalah salah satu pejabat yang sudah lama diperkirakan akan dipecat setelah Pemilu AS. Karena masa jabatannya mungkin akan segera berakhir, Esper membantu anggota Kongres merancang undang-undang yang akan mencabut nama-nama pemimpin Konfederasi dari pangkalan militer.
Hal tersebut merupakan sebuah langkah yang dapat membuatnya semakin berselisih dengan Presiden AS Donald Trump. Dengan hasil pemilu resmi yang bisa berjam-jam, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu lagi, kehadiran Esper mengirim sinyal kepada sekutu dan musuh bahwa operasi akan terus berlanjut seperti biasa.
Ada yang mengatakan Esper harus tetap berada di posisinya sampai hasil pemilu jelas. Sementara yang lain percaya dia harus berada di posisinya sampai pelantikan, asal presiden tidak memecatnya lebih dulu.
"Ini masalah keamanan nasional," kata Arnold Punaro, mantan direktur staf untuk Komite Angkatan Bersenjata Senat dan pensiunan mayor jenderal Korps Marinir.
"Selama 76 hari ke depan, sekutu dan musuh kita harus memahami bahwa Presiden Trump mempertahankan kekuasaan penuh sebagai panglima tertinggi dan rantai komando tetap utuh dari dia ke Esper hingga komandan yang berperang."
Sementara itu, Esper juga mempertimbangkan mengeluarkan arahan yang akan memerintahkan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk mengubah nama di layanan masing-masing. Perintah tersebut dapat dibatalkan oleh Trump, yang sangat menentang penggantian nama pangkalan.
Esper kini berencana untuk bekerja sama dengan Kongres memasukkan bahasanya ke dalam Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional tahunan atau NDAA, sehingga perubahan nama tersebut akan ditulis menjadi undang-undang. Minggu ini Esper memberikan kerangka tertulis kepada para pemimpin di Pentagon untuk mengganti nama instalasi, bahkan mungkin kapal dan nama jalan-jalan di pangkalan untuk menghormati para jenderal atau pemimpin Konfederasi, kata para pejabat.
Misalnya, kerangka kerja menyarankan bahwa NDAA dapat mengatakan bahwa instalasi militer tidak dapat dinamai dengan nama seseorang yang mengkhianati AS atau melakukan tindak pidana. Instalasi militer menurut saran itu harus dinamai berdasarkan orang-orang yang telah memenuhi kriteria tertentu, seperti memperoleh Medal of Honor atau Silver Star, atau mencapai pangkat jenderal.
"(Esper) terus melayani negara sebagai menteri pertahanan atas kehendak presiden dan saat ini berada di Pentagon untuk mengerjakan implementasi Strategi Pertahanan Nasional yang tidak dapat diubah,” kata Jonathan Hoffman, asisten menteri pertahanan untuk urusan publik, dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA:
Akar keretakan
Hubungan Esper dengan Gedung Putih selama berbulan-bulan mengalami keretakan. Hal tersebut dikarenakan pada Juni lalu Esper mengatakan bahwa dia tidak mendukung penggunaan pasukan tugas aktif untuk memadamkan protes skala besar di seluruh AS yang dipicu oleh kematian George Floyd.
Esper juga mengatakan pasukan militer harus digunakan dalam peran penegakan hukum hanya sebagai upaya terakhir. Pernyataannya dari ruang rapat Pentagon dilihat oleh banyak orang sebagai upaya untuk menjauhkan diri dari ancaman Trump untuk mengerahkan militer guna menegakkan ketertiban di jalan-jalan.
Sentimen Gedung Putih tentang Esper secara bertahap memburuk sejak musim panas, dengan Trump dan penasihat keamanan nasional Robert O'Brien memandang Esper tidak sepenuhnya berkomitmen pada visi Trump di militer. Selama berbulan-bulan, Trump dan O'Brien kehilangan kepercayaan pada kemampuan Esper untuk memimpin militer dan telah dibuat frustrasi oleh kecenderungan Esper yang tidak menawarkan pembelaan penuh terhadap Presiden atau kebijakannya, kata pejabat pemerintah.