Sempat Jalani Perawatan, Mantan PM Jepang Shinzo Abe Wafat Usai Penembakan di Nara
Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (Wikimedia Commons/Chatham House)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dilaporkan meninggal dunia, setelah sempat dilarikan ke rumah sakit akibat penembakan saat berkampanye di Kota Nata, Jumat.

Mengutip Reuters dari NHK 8 Juli, Abe (67) dikabarkan dalam kondisi kritis saat tiba di rumah sakit, usai peristiwa penembakan.

Shinzo Abi dikabarkan sempat menerima transfusi darah di rumah sakit, seperti mengutip NHK. Meski sempat mendapatkan perawatan, Abe akhirnya meninggal.

Diberitakan sebelumnya, mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dilarikan ke rumah sakit, setelah ditembak dari belakang oleh seorang pria saat berpidato di Kota Nara, Jumat.

Bagian dada Abe (67) terlihat berdarah usai penembakan. Pelaku pun dikabarkan berhasil ditahan kepolisian pada pukul 10.30 waktu setempat, kendati belum ada detail lebih jauh dengan Kepala Sekretaris Kabinet Jepang direncanakan memberikan keterangan.

Abe tampaknya mengalami serangan jantung, kata NHKdan kantor berita Kyodo. Tembakan terdengar dan kepulan asap putih terlihat saat Abe berpidato di luar stasiun kereta api. Seorang reporter NHK di tempat kejadian mengatakan mereka bisa mendengar dua ledakan berturut-turut selama pidato Abe.

Perdana Menteri Fumio Kishida mengutuk penembakan selama kampanye pemilihan majelis tinggi di Kota Nara yang akan digelar Hari Minggu, sebagai serangan yang tidak dapat diterima atas dasar demokrasi Jepang.

Sebelumnya, seorang pejabat rumah sakit mengatakan Abe tampak dalam keadaan serangan jantung ketika diterbangkan ke rumah sakit, setelah awalnya sadar dan responsif.

Terpisah, polisi Jepang mengatakan seorang pria berusia 41 tahun yang dicurigai melakukan penembakan telah ditangkap. NHK mengutip tersangka, Tetsuya Yamagami, yang mengatakan kepada polisi, dia tidak puas dengan Abe dan ingin membunuhnya.

Diketahui, Abe menjabat dua periode sebagai perdana menteri untuk menjadi perdana menteri terlama di Jepang sebelum mengundurkan diri pada tahun 2020 dengan alasan kesehatan yang buruk.