JAKARTA - Kementerian Keuangan memproyeksi perumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III masih akan terkontraksi, seperti yang terjadi di kuartal sebelumnya akibat dari pandemi COVID-19. Jika itu terjadi, maka Indonesia akan resmi masuk ke jurang resesi, menyusul negara lainnya.
Namun, secara resmi Badan Pusat Statistik (BPS) baru akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal III 2020 pada Kamis, 5 November, besok.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan sejumlah komponen penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) diprediksi masih akan mengalami kontraksi. Menurut dia, hanya konsumsi pemerintah yang sudah tumbuh positif.
"Berdasarkan estimasi kami, untuk kuartal III nanti, hampir seluruh komponen PDB masih akan negatif," katanya, dalam acara Simposium Nasional Keuangan Negara (SNKN) 2020, Rabu, 4 November.
Febrio mengatakan, peran belanja pemerintah memang sangat sentral dalam kondisi saat ini, bahkan tidak seperti yang lainnya. Sehingga belanja pemerinntah mejadi satu-satunya komponen yang akan tumbuh di kuartal III 2020 dan menjadi penahan resesi.
BACA JUGA:
Perkiraan Kemenkeu, konsumsi pemerintah diprediksi tumbuh antara 9,8 hingga 18,8 persen di kuartal III 2020. Sementara konsumsi rumah tangga, investasi, serta ekspor dan impor diperkirakan masih mengalami pertumbuhan negatif.
"Ini disebut sebagai belanja negara sebagai instrumen countercyclical yang dapat mendorong proses pemulihan ekonomi," tuturnya.
Seperti diketahui, pada kuartal III 2020, Kemenkeu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi antara minus 2,9 persen hingga minus satu persen. Sementara untuk keseluruhan tahun ini, ekonomi diperkirakan antara minus 1,7 persen sampai dengan minus 0,6 persen.